Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: PERKADERAN ITU DIMULAI DARI BUKU

.: Home > Artikel > Majelis
29 November 2017 06:19 WIB
Dibaca: 1553
Penulis : Debby Pratiwi

 

 

Sebuah eksperimen oleh Pegiat Lorong Baca Allende dengan menjadikan buku

sebagai media perkaderan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

 

Sebagai salah satu Organisasi Otonom Muhammadiyah, IMM dirasa memiliki tugas dan kewajiban yang berat, yakni melakukan perkaderan di kalangan Mahasiswa. Seperti yang lazim kita ketahui bahwa perkaderan merupakan jantung utama dalam berorganisasi. Sebuah organisasi tidak akan dikatakan bergerak apabila tidak ada perkaderan di dalamnya. Sehingga masing-masing periode kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi memang sudah sepatutnya melakukan regenerasi. Sehebat dan sebesar apapun sebuah organisasi jika para pemimpinnya adalah orang-orang yang sama dari masa ke masa maka, bisa dikatakan organisasi tersebut gagal dalam perkaderan.

 

Kader sendiri merupakan seseorang yang digembleng untuk disiapkan menjadi calon penerus perjuangan. Dalam hal ini yang dimaksud kader adalah para mahasiswa yang tertarik untuk bergabung, belajar dan berproses di Ikatan. Problematika yang seringkali menjadi PR dalam IMM adalah bagaimana memberdayakan para mahasiswa baru. Dimana sebagian besar mahasiswa baru bukanlah kader Muhammadiyah secara biologis dan baru lulus SMA. Transformasi dari masa SMA ke masa Mahasiswa membutuhkan sebuah proses adaptasi, pun saat mereka turut bergabung menjadi kader IMM. Sehingga dengan adanya perkaderan diharapkan kita mampu membantu para mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan dunia kampus dan tentunya bagaimana mengenalkan mereka pada Muhammadiyah serta bagaimana membuat mereka tertarik untuk berproses di IMM. Untuk itulah diperlukan sebuah pendekatan kultural dalam proses perkaderan. Adapun pendekatan kultural tersebut adalah dengan ngopi, seperti kita tau bahwa belakangan ini ngopi menjadi salah satu gaya hidup yang dilestarikan sehingga menjadi sesuatu yang disebut gaul oleh kalangan mahasiswa.

 

Berangkat dari kegelisahan yang dirasakan oleh sebagian kader  IMM Psikologi “Allende” saat berkumpul maupun sekedar ‘ngopi’ dengan para kader baru. Ngopi tentunya tak lengkap tanpa adanya sebuah obrolan. Selama ini sebagian besar kegiatan ngopi dirasa kurang produktif jika hanya duduk berjam-jam di warung kopi maupun di angkringan tanpa adanya topik penting yang harus dibahas, selain berbicara ngalor ngidul sekadarnya, bercanda yang berlebihan, ataupun sibuk dengan gadget masing-masing. Ketika ditanya mengapa jawabanya, “bingung mbak mau ngomong apa?”

Sebaliknya, buku yang semestinya menjadi teman baik kalangan pelajar maupun mahasiswa mulai terkikis dari deretan draft kerinduan para pembacanya. Buku tak lagi menjadi teman setia yang selalu dibawa kemana-mana maupun menjadi teman duduk kaula muda. Buku laksana sesuatu yang menjijikkan sehingga jarang disentuh apalagi dibaca. Buku hanya dipandang sebagai referensi dan juklat mata kuliah semata, hanya disentuh saat ada tuntutan akademik. Sangat miris bukan? Malang memang nasib buku yang tergeser dari daftar prioritas kebutuhan kaum terpelajar.

 

Sedang di balik sebuah buku selalu tersirat makna tak sekedar teori. Bukan sekedar tumpukan kertas maupun sebuah bosa-basi akan tetapi buku banyak membuka cakrawala dan wawasan bagi pembacanya. Namun, sangat disayangkan banyak orang belum mendapatkan hidayah untuk menggeluti buku dan menjadikan buku bagian dari hidupnya.

 

Dua problema tersebut yang kemudian mendorong saya untuk mengkolaborasikan keduanya menjadi sebuah gerakan, yakni Gerakan Perkaderan dengan menjadikan buku sebagai media. Hal ini dimaksudkan untuk mengkampanyekan gerakan membaca sekaligus menjadikan gerakann tersebut sebagai ruh perkaderan.

 

Mengapa harus buku sebagai media perkaderan?

Karena dengan buku setiap pengurus yang memiliki amanah untuk melakukan perkaderan tidak akan kebingungan mencari topik pembicaraan. Akan senantiasa lahir ide-ide maupun gagasan baru yang merupakan hasil refleksi dari buku-buku yang telah dibaca. Keberagaman kepribadian kader dengan nalar kritis yang dibawa oleh masing-masing individu baru khususnya yang baru mengenal Muhammadiyah akan mudah diimbangi. Sehingga proses komunikasi yang dibarengi dengan topik-topik dengan buku sebagai sumber acuannya akan berjalan sesuai dengan harapan. Ibaratnya buku sebagai bahan atau bekal dalam proses komunikasi tersebut.

 

Disini, buku diharapkan mampu menjadi problem solving dari kegelisahan para aktivis akan topik pembicaraan saat ngopi sekaligus sebagai kampanye mengembalikan buku menjadi prioritas utama Mahasiswa.

 

Keinginan mendirikan Lorong Baca Allende...

Jalan pintas dengan menjadikan buku sebagai mediator perkaderan dan inspirasi dari beberapa komunitas literasi kemudian menimbulkan sebuah ghirah baru, yakni keinginan mendirikan sebuah komunitas literasi dimana para pegiatnya sementara adalah pihak intern PK IMM Allende sendiri. Keinginan tersebut muncul sejak awal kuliah, keinginan dan ghirah tersebut sempat pasang surut mengingat jumlah buku yang dimiliki tidak seberapa banyak.

 

 Hingga pada Mei 2017 lalu awal mula adanya layanan Pustaka Bergerak dimana kita bisa mengirim buku melalui kantor pos setiap tanggal 17 dan tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Dengan catatan komunitas literasi tersebut terdaftar di layanan Pustaka Bergerak. Kemudian atas dukungan dari Pak David Efendi selaku salah satu pendiri Rumah Baca Komunitas mendaftarkan Lorong Baca Allende dalam jaringan Pustaka Bergerak. Tentu itu layaknya sebuah gerbang yang membuka jalan hingga kemudian saya mantapkan nama ‘Lorong Baca Allende’ untuk menjadi wadah bagi para pecinta literasi maupun mereka yang bersedia menghibahkan waktu, tenaga, serta ide-idenya, maupun semangat membacanya untuk benar-benar menghidupkan komunitas baru ini. Bukan hanya menjaga semangatnya secara personal namun, juga menularkan serta menelurkan virus-virus literasinya kepada siapapun yang dijumpai.

 

Getok Tular ....

Mengembalikan eksistensi buku sebagai satu-satunya sumber nutrisi bergizi yang dibutuhkan otak adalah tujuan utama didirikannya komunitas literasi ini. Keterbatasan jumlah buku serta ruangan yang belum memadai membuat pergerakan LBA sedikit terhambat. Sehingga sejauh ini gerakannya masih kurang begitu masif. ‘Getok tular’ atau sebuah istilah yang sering digunakan dalam sistem pemasaran yang berarti dari mulut ke mulut adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh LBA untuk menyebarkan virus membaca di kalangan Mahasiswa. Getok tular ini merupakan aktivitas kampanya dengan menyebarkan informasi peminjaman buku secara gratis dalam jangka waktu yang tak terbatas dan siapapun boleh meminjam secara bergantian dengan pembaca lain dan dilakukan dari mulut ke mulut. Ada harapan lain yang sebenarnya tersirat yakni pembaca diharapkan bersedia untuk membagikan ilmu yang didapat dari buku yang dibacanya melalui forum diskusi yang diselenggarakan LBA maupun IMM. Tidak dibatasi buku apa saja yang dibaca. Boleh berupa novel, sastra, agama, buku psikologi, dan lain-lain.

 

Kampanye membaca pada anak jalanan....

Merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan pegiat LBA untuk memviralkan budaya membaca di kalangan lapisan masyarakat dalam kategori marginal. Persoalan membaca seringkali hanya ditujukan pada kaum terpelajar. Seolah buku hanya mampu dijangkau oleh mereka yang duduk di bangku sekolah. Itulah yang sering kami temui pada adik-adik asuh kami di bantaran sungai Kalimas, samping Jembatan Merah Surabaya.

 

Oleh karena itu LBA yang tergabung juga dalam Komunitas Cahaya Bunda berkomitmen untuk mengentaskan buta huruf pada mereka. Membaca adalah hak semua lapisan anak bangsa dan kewajiban kita adalah mengajari mereka yang belum bisa membaca agar mengenal dan akrab dengan barisan huruf-huruf maupun tumpukan buku.

 

Hal tersebut bisa dikatakan tidak mudah namun, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu para anak jalanan terbebas dari kerasnya hidup di jalanan yang liar adalah dengan buku. Dengan membuka wawasan mereka melalui buku agar mereka memiliki kesadaran akan pentingnya sebuah ilmu maupun pendidikan untuk menjemput cita-cita mereka.

 

Digital Literasi dan Perpustakaan Jalanan adalah cita-cita LBA ke depan....

Kurangnya ketertarikan publik pada umumnya maupun pelajar dan mahasiswa pada khususnya terhadap buku cetak kemungkinan terbesar disebabkan karena perkembangan teknologi dan era digital. Kemudahan-kemudahan yang dipersembahkan oleh alat-alat digital rupanya menggerus serta menjauhkan buku dari genggaman para pembacanya. Baru-baru ini marak e-book sebagai ganti buku cetak. Selain dirasa simple e-book juga dirasa hemat karena banyak e-book yang bisa didownload gratis di google.

 

Selain e-book, sosial media juga merupakan sarana publikasi kampanye gerakan membaca yang dapat dilakukan oleh komunitas literasi. Dengan cara tersebut diharapkan kampanye membaca mampu dilakukan secara aktif dengan jangkauan yang lebih luas dan biaya yang minimal. Sudah saatnya media sosial tidak hanya bertaburan status atau quote-quote galau namun, inilah waktunya membumikan dan mewarnai media dengan sebuah tulisan yang membangun.Kemajuan dunia digital tersebut memacu LBA untuk turut pula membumingkan gerakan literasi digital.

 

Jika di atas tadi saya sempat mengupas sedikit mengenai digital literasi yang secara garis besar adalah sebagai publikasi maka, aksi nyatanya adalah dengan membuka lapak perpustakaan jalanan di pusat-pusat kota di Surabaya. Seperti di Taman bungkul, Balai pemuda, balai kota, CFD, maupun saat ada event-event tertentu di Surabaya. Dua gerakan yang masih menjadi cita-cita LBA ke depan dan akan segera terwujud.

 

Dengan adanya KOPDARNAS Literasi diharapkan mampu menghimpun komunitas-komunitas literasi yang digerakkan oleh para aktivis Muhammadiyah dan ORTOM Muhammadiyah untuk mewujudkan Taman Pustaka Muhammadiyah sebagaimana yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah. (27/11/2017)

 

Debby Pratiwi,  Pegiat Lorong Baca Allende Surabaya.


Tags: PerkaderanDimulaidariBuku , LorongBacaAllende , DebbyPratiwi

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website