Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: KOMUNITAS AKAR RUMPUT JOGA

.: Home > Artikel > Majelis
01 Desember 2017 15:04 WIB
Dibaca: 2123
Penulis : Akar Rumput Community

 

 

“Mengakar Kuat Memberi Manfaat”

 

 

Latar Belakang dan Tujuan Berdirinya Komunitas Akar Rumput

 

Permasalahan sosial dan pendidikan merupakan fenomena klasik yang belum terselesaikan di negeri ini. Kurangnya kepedulian terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan, serta kurangnya budaya membaca dan masih awamnya diskusi di ruang publik menyebabkan hal ini menjadi semakin sukar untuk mencapai benang merah dalam penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, pada tanggal 10 Oktober 2015 Komunitas Akar Rumput didirikan oleh sekelompok mahasiswa pascasarjana yang berlatar belakang daerah yang beragam dan dari multi disiplin ilmu di UGM. “Mengakar Kuat Memberi Manfaat” menjadi slogan bagi komunitas ini, memulai dengan hal yang sederhana namun dilakukan tekun dan senang hati, yaitu membaca buku.

 

Rendahnya minat baca masyarakat dapat menyebabkan terhambatnya kemajuan bangsa dalam berbagai bidang. Menurut Sidik (2002), hal ini menjadi suatu yang tidak dapat ditawar lagi bahwa menumbuhkan minat dan kegemaran membaca harus menjadi salah satu prioritas pembangunan, yaitu dengan mengubah sikap mental bangsa ini. Dalam mencapai suatu keadaaan yang lebih makmur daripada sekarang, menurut Koentjaraningrat (2004) perlu ada suatu intensitas usaha di segala lapangan, yang jauh lebih besar daripada apa yang biasa kita gerakkan sampai kini.

 

Komunitas Akar Rumput yang terbangun dengan asas kekeluargaan ini memiliki arah dan tujuan  yang jelas. Visi komunitas ini adalah berperan aktif dalam proses pengembangan edukasi, sosial, dan budaya membaca masyarakat. Misi Komunitas Akar Rumput adalah mempopulerkan  budaya membaca dan berdiskusi di tengah-tengah masyarakat; mengampanyekan pembelajaran informal sebagai salah satu jalur pendidikan alternatif; memanfaatkan kajian berbagai multi-disiplin ilmu dalam mencari solusi permasalahan masyarakat; serta memberi manfaat bagi perkembangan pengetahuan, sosial, dan budaya masyarakat dengan mengusahakan transformasi sosial.

 

Nama dan logo komunitas Akar Rumput memiliki arti filosofis sendiri. Nama akar rumput terinspirasi dari akar yang banyak memberikan kepada batang, ranting, daun, hingga bunga yang nampak di atas tanah, sedangkan akar rumput yang berada di dalam tanah tidak perlu menonjolkan dirinya. Akar hanya cukup dengan bekerja mencari penghidupan untuk dapat membuat tanaman menjadi sehat dan tumbuh dengan baik. Berikut mengenai logo Komunitas Akar Rumput:

 

Rumput (n) : salah satu jenis tumbuhan, berukuran kecil, terkadang dianggap tak bermanfaat, namun merupakan elemen penting dalam rantai makanan pada suatu ekosistem.

Akar (n) : organ tumbuhan yang berada di bawah, tidak terlihat, namun menjadi aktor utama dalam menyokong kehidupan tanaman dengan menyerap air dan nutrisi dari unsur hara. Bentuknya yang seperti perisai perang menunjukkan bahwa akar tersebut bersifat kuat.

 

Hal di atas merupakan proses berdirinya Komunitas Akar Rumput, yang pada awal hanya melakukan hal sekecil apapun agar dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, tanpa mengharapkan pujian ataupun imbalan dari hasil kerja keras yang telah menghabiskan banyak materi dan meluangkan waktu di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa ataupun pekerja.  Komunitas Akar Rumput tidak perlu menunggu menjadi besar dan terkenal untuk bisa bermanfaat, karena bermanfaat bukan tentang siapa yang membuat, melainkan tentang apa yang bisa diperbuat untuk kepentingan bersama.

 

 

Kegiatan Komunitas Akar Rumput

 

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan komunitas merupakan aktivitas yang telah disepakati bersama, dan tidak ada yang dipaksakan jika ada anggota yang memang tidak dapat melaksanakan kegiatan tersebut dikarenakan ada kesibukan atau kepentingan lain di luar komunitas. Artinya, peran anggota dalam kegiatan komunitas merupakan sesuatu yang bersifat suka rela. Berikut mengenai kegiatan-kegiatan Komunitas Akar Rumput:

 

1. Perpustakaan Jalanan

Kegiatan perpustakaan jalanan tidak jauh berbeda dengan perpustakaan pada umumnya, yaitu menyediakan buku-buku dari berbagai macam disiplin ilmu, termasuk kategori buku anak-anak hingga buku yang bersifat umum yang dipinjamkan untuk dibaca di tempat dan dipinjamkan untuk dibaca di rumah. Namun, perpustakaan yang berlangsung setiap malam Minggu pada pukul 17.00 – 22.00 WIB di pelataran Tugu Yogyakarta ini memiliki konsep yang berbeda dengan perpustakaan lainnya. Kegiatan perpustakaan jalanan di wilayah Tugu Yogyakarta merupakan cagar budaya, sehingga komunitas ini memiliki izin resmi secara tersurat kepada Dinas Kebudayaan DIY.

 

Perpustakaan jalanan menawarkan tempat yang tidak kaku seperti perpustakaan yang ada di kampus atau sekolah. Orang-orang yang berkunjung tidak perlu memiliki kartu anggota untuk membaca dan meminjam buku. Mereka dapat membacanya dengan santai dan berdiskusi dengan teman-teman mereka, serta dapat membacanya dengan duduk dimana saja, termasuk di warung makan sambil menikmati jajanan yang dijual oleh pedagang khas di sekitar Tugu Yogyakarta. Hal ini tentunya membuat masyarakat pada umumnya mendapatkan akses yang mudah untuk meningkatkan minat baca melalui perpustakaan.

 

Berdasarkan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas yang diberitakan di kompas.com pada 2015 lalu, menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden yang berhasil dirangkum pendapatnya menilai saat ini perpustakaan di daerah tempat tinggal mereka belum bisa diakses secara bebas oleh masyarakat umum. Sebagian pengelola perpustakaan masih mensyaratkan keanggotaan jika masyarakat ingin mengakses atau meminjam buku di perpustakaan. Selain itu, minat baca masyarakat masih dianggap rendah. Setiap tiga dari empat responden menilai minat baca, terutama kalangan remaja, masih rendah. Rendahnya minat baca di negeri ini juga tecermin dari kebiasaan membaca buku masyarakatnya.

 

Konsep perpustakaan ini dapat dikatakan menjadi alternatif sebagai media baru yang kreatif dan inovatif, yang dapat menjangkau masyarakat dengan mudah untuk mendapatkan akses informasi dan pengetahuan yang lebih luas. Kedekatan perpustakaan jalanan dengan masyarakat membuat buku menjadi bagian dari masyarakat pula, dan membuat buku sebagai sesuatu yang tidak mahal untuk dikonsumsi publik.

 

Perpustakaan yang lahir dari masyarakat, menurut Basuki (1993), sejak semula sudah berfungsi dalam masyarakat berkat pengetahuan yang cukup luas dan mendalam serta kemampuan pengelola perpustakaan. Perpustakaan jalanan yang dikelola oleh para pengurus Komunitas Akar Rumput bukanlah para ahli yang profesional dalam bidang perpustakaan, namun integritas para pengurus dan pengalamannya dalam berorganisasi membuat kegiatan ini masih berjalan dengan baik sampai sekarang.

 

 

2. Menyelenggarakan Bedah Buku atau Diskusi Publik

Setiap malam minggu, selain kegiatan perpustakaan jalanan, komunitas ini juga melakukan diskusi publik. Diskusi yang dilakukan berupa bedah buku dan pembahasan dengan tema yang bersifat aktual dari pukul 19.00-22.00 WIB. Buku yang pernah dibedah di antaranya berjudul Sejarah Tanam Paksa di Jawa serta Wanita Jawa, sedangkan pembahasan dengan tema yang aktual seperti di antaranya adalah fenomena banjir dan tax amnesty.

Diskusi yang dilakukan tersebut dipimpin oleh seorang moderator yang setiap minggunya berganti-ganti tugasnya dan diisi oleh pemateri yang memiliki pengetahuan dan kapasitas dalam pembahasan tersebut.

 

Sementara itu, diskusi ini juga ditinjau dari sudut pandang daerah dan budaya yang berbeda sehingga harus dapat saling mengerti dan memahami karakter kehidupan sosial dan budaya anggota yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Dengan demikian, melalui diskusi ini juga merupakan media yang memberikan pendidikan untuk mengetahui budaya masing-masing daerah di Indonesia yang multikultural, sehingga menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati terhadap pendapat atau pernyataan dalam diskusi. Menurut Lafraya (2011), tujuan pendidikan antar budaya semakin diperlukan, yaitu meliputi: pendidikan di nilai-nilai perdamaian, hak asasi manusia, interkulturalisme, menghormati perbedaan dan pandangan positif keanekaragaman, yang menempatkan kelompok tertentu dalam model baru masyarakat dan umat manusia.

 

3. Mengajar Anak-anak

Orang-orang yang berkunjung di perpustakaan jalanan tidak hanya pemuda dan orang tua, tapi banyak juga anak-anak yang tertarik untuk membaca dan belajar di perpustakaan ini, mulai dari anak usia dini dan yang duduk di sekolah dasar. Ada tim yang memang bertugas untuk mengajar anak-anak tersebut, di antaranya Vivi Nuraini, Muhammad Salisul Khakim, Adeguna Ridhlo, Selvi Elvina, dan Siti Namoraja. Kegiatan mengajar anak-anak dilakukan bersamaan dengan waktu perpustakaan jalanan.

 

Mengajar anak-anak tersebut dilakukan mulai dengan bercerita atau berdongeng, mengajari membaca, mengajari berhitung, hingga memberi pelajaran yang bersifat pengetahuan umum. Anak-anak biasanya dibimbing dan diarahkan agar tidak cepat bosan untuk belajar, sehingga anak-anak diberi kebebasan untuk belajar apa saja yang menurutnya bagus dan menyenangkan.

 

Kebiasaan membaca perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dari sejak kecil. Menurut Erianto (2015), sebagaimana yang dikutip dalam kompas.com, mengungkapkan bahwa orang tua yang menyisihkan waktu untuk membaca dengan anak, memberikan permulaan yang baik untuk memahami literasi merupakan contoh yang ideal untuk mencapai prestasi pendidikan. Banyak penelitian yang menunjukkan anak yang berhasil mencapai prestasi literasi di sekolah biasanya datang dari lingkungan rumah yang menyediakan buku, dan orang tua mempunyai kesempatan untuk membaca dengan anak, serta melihat orang tua dan saudaranya melakukan aktivitas membaca. Kebiasaan dan minat membaca sudah terbentuk akan memberikan berbagai manfaat bagi individu tersebut.

 

 

4. Kerjasama

Komunitas Akar Rumput tidak hanya bekerja sendiri dalam mewujudkan tujuan komunitas, yaitu untuk berperan aktif dalam proses pengembangan edukasi, sosial, dan budaya membaca masyarakat. Berikut mengenai hubungan kerjasama tersebut:

 

Pertama, *Mengkampanyekan Budaya Membaca Lewat Radio*. Radio Masdha FM mengundang komunitas ini untuk mengisi acara di radio tersebut pada 1 April 2016. Acara yang berlangsung sekitar dua jam ini dipandu oleh dua penyiar radio yang cantik dan diwakili oleh empat orang perwakilan komunitas, yaitu Muhammad Salisul K., Vivi Nuraini, Robi Sembiring, dan Dany Juhandi. Kegiatan ini menjadi media dan partner bagi Komunitas Akar Rumput untuk mengkampanyekan kegiatan membaca dan  mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan lainnya. Hal ini tentunya juga memberikan manfaat yang banyak bagi komunitas dan memberikan informasi kepada masyarakat luas yang ingin bergabung ataupun yang terinspirasi ingin membentuk komunitas serupa.

 

Kedua, *Peringatan Hari Buku Sedunia*. Peringatan Hari Buku Sedunia merupakan hari yang tepat untuk mengkampanyekan pentingnya membaca buku, dan pada waktu itu komunitas ini bekerjasama dengan Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (ALUS). Kumpulan mahasiswa ini merupakan organisasi yang sudah cukup lama berada di Yogyakarta, karena eksistensi mereka didukung dengan media organisasi yang memiliki latar belakang ilmu pendidikan yang sama, yaitu ilmu perpustakaan. Asosiasi ini mengajak kerjasama Komunitas Akar Rumput untuk mengisi kegiatan perpustakaan jalanan di Titik Nol pada waktu hari Buku Sedunia tanggal 23 April 2016 pukul 09.00–13.00 WIB.

 

Ketiga, *Mitra Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY*. Komunitas Akar Rumput merupakan komunitas sosial edukatif yang bermitra dengan BPAD DIY. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh komunitas ini akan bekerjasama dengan pemerintah dalam membangun budaya membaca. Pada 18 April 2016 komunitas ini diundang oleh kepala badan terkait untuk melakukan audiensi dan mempresentasikan kegiatan-kegiatannya selama ini.

 

Audiensi yang diterima langsung oleh Kepala BPAD DIY didampingi Dewi Ambarwati (Kasubbid Pembinaan dan Pemberdayaan BPAD DIY) menyampaikan bahwa tujuan audiensi ialah untuk mencari dukungan serta memperkenalkan Komunitas Baca Akar Rumput kepada BPAD DIY. Kegiatan Komunitas Akar Rumput sangat diapresiasi oleh pemerintah, dan pada kesempatan tersebut BPAD DIY juga menghibahkan buku-buku kepada komunitas sebagai koleksi tambahan untuk perpustakaan jalanan.

 

Acara Bedah Buku yang diselenggarakan oleh BPAD DIY di Gedung Grhatama Pustaka juga mengundang secara resmi Komunitas Akar Rumput untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Dua kegiatan yang pernah diikuti oleh komunitas ini yaitu pada waktu Bedah Buku Serat Centini 2 dan Buku Youth Leadership. Kegiatan ini sangat memberikan dampak yang positif bagi para anggota komunitas, karena memberikan motivasi dan inspirasi untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia dalam komunitas untuk menulis, membaca, hingga mengaplikasikan dari bacaan tersebut.

 

 

Keempat, *Malam Keakraban*. Malam Keakraban dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Mei 2016 di Villa Taman Nirmala, Jalan Kaliurang KM 24, Yogyakarta. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempererat silaturahmi dan rasa kekeluargaan dalam kepengurusan Komunitas Akar Rumput, yang diharapkan semakin solid dan menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap komunitas ini.

 

Kegiatan-kegiatan yang telah berjalan dalam komunitas selama ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan yang menjadi tantangan bagi komunitas untuk berjuang lebih keras dan lebih baik. Kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak sejauh ini juga telah membuat komunitas ini menjadi jauh lebih baik dari ekspektasi awal ketika baru berdiri.

 

Segala proses yang terjadi dalam komunitas ini telah banyak memberikan pembelajaran dan inspirasi yang akan dikenang oleh para anggota komunitas dan akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat secara luas. Setiap detail perjalanan Komunitas Akar Rumput tidak cukup untuk dituangkan dalam tulisan sederhana ini, namun untuk mengetahui dengan lebih jelas perjalanan komunitas ini dapat dilihat di media sosial instagram dengan akun @akarrumput_jogja serta dapat dilihat melalui video dokumenter pada link

https://www.youtube.com/watch?v=Dlx2HE7aF8Q&feature=youtu.be.

 

*REFERENSI*

Basuki, S., 1993, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hardjoprakoso, M., 2005, Bunga Rampai Kepustakawanan, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Lafraya, Susana, 2011, Intercultural learning in non-formal education: theoretical frameworks and starting points, Paris: Council of Europe Publishing.

Koentjaraningrat, 2000, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sidik, Umar, 2002, Pembudayaan Membaca Versus Tradisi Lisan, Media Informasi, Vol. XIII, No. 11, Hlm. 30-37.

Siswati, 2010, Minat Membaca pada Mahasiswa (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNDIP Semester I), Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 8, No.2, Hlm. 124-134.

Napitupulu, Ester L., 2012, Minat Baca Indonesia Masih Rendah, diunduh dalam http://edukasi.kompas.com/read/2012/02/29/21400769/Minat.Baca.Indonesia.Masih.Rendah, pada 27 Mai 2016 Pukul 12.56 WIB.

Erianto, D., 2015, Popularitas Perpustakaan Semakin Pudar Dilibas Digital, diunduh dalam http://print.kompas.com/baca/2015/09/15/Popularitas-Perpustakaan-Semakin-Pudar-Dilibas-Dig, pada 27 Mei 2016 Pukul 13.00 WIB.


Tags: KomunitasAkarrumputJogja , KopdarnasPenggiatLiterasi , AkarRumputCommunity

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website