Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Literasi: MEMBUMIKAN BUDAYA LITERASI

.: Home > Artikel > Majelis
03 Desember 2017 00:14 WIB
Dibaca: 1487
Penulis : Alli Nurdin

 

 

Indonesia adalah negara yang mempunyai sumberdaya manusia (SDA) yang paling dominan di Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena luasnya daratan dan luasnya lautan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, atau dari Serambi Mekkah hingga Papua.

 

Banyaknya sumberdaya manusia (SDA) tentu akan menghasilkan sebuah karya cipta. Baik karya yang berbentuk barang, seperti: anyaman, batik, elektronik, dan sebagainya. Maupun karya-karya yang dituangkan melalui tulisan-tulisan anak bangsa. Namun, banyaknya sumberdaya manusia (SDA) di Indonesia ini, Bagaimana cara, Membumikan Budaya Literasi?

 

Pada tema ini, Membumikan Budaya Literasi, akan mampu menjawab cara memaksimalkan manusia-manusia yang mempunyai sebuah karya cipta. Namun, sebelum memaparkan cara-cara atau metode menghasilkan karya cipta. Terlebih dahulu, pentingnya memahami sebuah makna, “Membumikan” dan makna, “Budaya Literasi”

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membumikan berarti menanam atau menyimpan dalam tanah. Sedangkan, menurut istilah membumikan adalah menanamkan atau menghidupkan. Sedangkan, Budaya literasi adalah kebiasaan dalam membaca dan menulis. Jadi, dari pengertian masing-masing kata di atas, dapat disimpulkan bahwa makna, Membumikan Budaya Literasi, adalah menghidupkan kebiasaan membaca dan menulis.

 

Menghidupkan kebiasaan membaca dan menulis tentu membutuhkan sebuah strategi, metode, atau cara dalam pengaplikasiannya. Pasalnya, kebiasaan membaca bagi masyarakat Indonesia menjadi hal yang perlu dipertanyakan eksistensinya. Hal ini disebabkan karena banyaknya sumberdaya manusia (SDA) yang belum menghasilkan sebuah karya cipta.

 

Sebuah karya cipta hadir karena manusia mempunyai daya kreativitas. Daya kreativitas tidak akan hadir bila manusia tidak menghidupkan sebuah budaya literasi. Yaitu, membaca dan menulis.

 

Mengapa budaya membaca dan menulis menjadi pusat perhatian sebuah kreativitas?  Karena membaca adalah awal dari gerbang sebuah ilmu pengetahuan. Dan menulis adalah gerbang manusia menuangkan atau menghasilkan sebuah karya inovasi pembaharuan.

 

Namun, dalam pengembangan sebuah kreativitas yang menghasilkan sebuah inovasi tentu akan mengalami beberapa faktor penghambat yang harus diantisipasi. Faktor penghabat itu dapat melalui faktor internal maupun faktor eksternal.

 

a.      Faktor Penghambat (Internal)

Faktor penghambat (internal) dalam pengembangan sebuah kreativitas dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

Pertama, Not Confident (tidak percaya diri)

Tidak percaya atau tidak mengakui bahwa didalam diri mempunyai potensi adalah awal dari sebuah mematikan daya kreativitas. Mengapa demikian? Karena, awal sebuah kemampuan adalah meyakini dadalm hati bahwa kreativitas akan tumbuh bila percaya diri dibangun dari dalam diri.

Kedua, Apatis (sikap acuh tak acuh)

Apatis adalah sikap yang acuh tak acuh atau sikap yang tidak tanggap terhadap perkembangan terhadap diri sendiri. Orang yang apatis cenndrung tidak akan menghasilkan sebuah kreativitas atau karya cipta. Hal ini disebabkan karena, ego didalam diri cendrung dominan. Sehingga, dalam perkembangan kehidupan sekitar hanya sebagai orang yang tidak mempunyai daya saing dalam kehidupan.

 

b.      Faktor Penghambat Eksternal

Selain faktor penghambat internal (penghambat dari dalam), faktor penghambat eksternal (faktor penghambat dari luar) akan mempengaruhi matinya daya kreativitas manusia. Faktor-faktor penghambat eksternal dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Pertama, Faktor Keluarga

Keluarga adalah sebuah anggota yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dari sebuah keluarga inilah bermula sebuah penanaman jiwa-jiwa dan pola pikir yang membentuk sebuah kreativitas. Jika penanaman atau pembiasaan didalam lingkup keluarga dilakukan sejak dini. Maka, akan dengan sendirinya daya kreativitas terbentuk rapi. Disinilah, pentingnya sebuah peran orangtua dalam mengembangkan tumbuh kembang kreativitas bagi generasinya. Jika orangtua gagal menanamkan daya kreativitas bagi generasinya. Maka, disini pula lah faktor penghambat kreativitas itu bermula.

Kedua, Faktor Masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bermukim di tempat yang sama. Pada faktor penghambat masyarakat dalam mengembangkan daya kreativitas lebih difokuskan pada jajaran ranting orang-orang yang memimpin suatu pedasaan. Misalnya saja, seorang lurah (kepala desa), tidak mewadahi bagi masyarakatnya dalam mengembangkan potensi-potensi masyarakat disekitarnya. Sehingga, masyarakat tidak mendapat fasilitas dalam mengembangkan daya kreativitasnya.

 

Itulah berbagai macam faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mengahambat daya kreativitas manusia. Matinya daya kreativitas akan mematikan sebuah karya cipta. Sehingga, dalam konteks inilah, Membumikan Budaya Literasi, akan menjadi objek menghidupkan sebuah kreativitas yang mengahasilkan sebuah karya cipta.

 

Dan dalam konteks ini pula terjawablah pertanyaan, Bagaimana cara, Membumikan Budaya Literasi?

 

Cara membumikan budaya lierasi membutuhkan sebuah metode atau starategi. Metode yang paling efektif dalam Membumikan Budaya Literasi dalam dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

 

a.      Membiasakan Membaca Sejak Dini

Membaca sejak dini adalah cara pertama membumikan budaya literasi. Hal ini karena memori manusia sejak ini yang dimulai dengan kebiasaan membaca akan menjadi generasi-generasi yang menghasilkan daya cipta.

Selain itu, membumikan budaya literasi akan terwujud dengan adanya faktor yang mendukung dalam pengembangannya. Seperti, keluarga menanamkan cinta baca dan masyarakat yang mewadahi atau memfasilitasi dalam kegiatan-kegiatan membaca. Seperti, memfasilitasi adanya gedung pustaka atau memfasilitasi alat pendukung dalam mengasah kemampuannya.

 

b.      Membiasakan Menulis

Setelah informasi dari hasil membaca, Membumikan Budaya Literasi, dapat dilakukan dengan Membudayakan Menulis. Menulis adalah hal yang paling urgent (penting) dalam eksplorasi karya cipta.

Membaca saja tanpa mengembangkan budaya menulis akan menghasilkan sebuah ide, gagasan, atau pemikiran yang berguna bagi diri sendiri. Sehingga, tidak dapat menghasilan sebuah ide, gagasan, atau pemikiran yang dapat bermanfaat bagi manusia yang lain.

Dari pemaparan menganai tema, Membumikan Budaya Literasi,dapatlah disimpulkan bahwa, menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis haruslah dimulai sejak dini. Sehingga, sebuah kreativitas atau daya cipta akan hadir dengan sendirinya seiring dengan manusia-manusia melatih dan mengambangkan gagasan-gagasannya.

 

Salam Literasi; Untuk Indonesia


Tags: MembumikanBudayaLiterasi , KopdarnasPenggiatLiterasi , AlliNurdin

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website