Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Literasi: MAJALAH SEKOLAH SEBAGAI STRATEGI GLS

.: Home > Artikel > Majelis
01 Desember 2017 17:52 WIB
Dibaca: 3837
Penulis : Novita Utami

 

 

Majalah Arba’a SD Muhammadiyah 4 Surabaya adalah majalah sekolah kami yang telah berumur kurang lebih 20 tahun. Pasang surut penerbitan majalah sekolah sangat tergantung pada tim redaksinya. Menerima amanah untuk menjadi penanggung jawab majalah sekolah duatahun yang lalu adalah suatu tantangan. Mendapati seringnya majalah Arba’a tidak disambut antusias oleh para siswa, Tim Redaksi melakukan survey dengan responden siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 sebagai pasar utama. Hasil survey dijadikan pijakan untuk perbaikan Arba’a edisi selanjutnya.

 

Meningkatkan keterlibatan siswa pada proses produksi majalah sekolah sangat efetif untuk menarik minat siswa pada majalah sekolah. Penambahan beberapa rubrik untuk anak, dan beberapa penyesuaian seperti pada layoutmaupun bahasa diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan siswa.

 

Majalah sekolah sebagai strategi gerakan literasi sekolah (GLS) artinya majalah sekolah menjadi strategi untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah. Tujuan gerakan literasi di sekolah adalah menumbuhkan kesenangan dan minat membaca yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan membaca yang akan dibawa sampai seumur hidup. Agar siswa tumbuh minat dan kebiasaan membacanya maka syarat dari program ini haruslah mudah dan menyenangkan. Artinya program ini dirancang menjadi sebuah program yang menyenangkan dan tidak membebani, baik untuk siswa maupun orang tua siswa.

 

Beberapa program dalam gerakan literasi sekolah yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 4 Surabaya antara lain: sustained silent reading, perpustakaan kelas, tantangan membaca dan menerbitkan kumpulan cerpen dan puisi siswa. Sustained silent reading, adalah program membaca sunyi secara terus menerus. Kita  memulainya dengan 15 menit membaca sunyi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Program ini harus dilakukan setiap hari, dan gurupun harus mengikutinya. Artinya guru dan semua siswanya membaca sunyi selama 15 menit setiap hari sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Program ini bertujuan untuk membiasakan siswa-siswa kita membaca. Untuk mendukung program pertama maka di setiap kelas sebaiknya mempunyai pojok baca atau perpustakaan kelas. Pengadaan buku untuk perpustakaan kelas dapat dilakukan secara mandiri caranya adalah dengan meminta setiap siswa membawa 1 atau 2 buku perpustakaan di kelas. Buku tersebut bisa diganti setiap bulannya, sehingga semua siswa bisa membaca buku yang dibawa oleh siswa lainnya.

 

Langkah lanjutan yang kami lakukan adalah tantangan membaca atau reading challenge merupakan program tantangan untuk membaca sejumlah buku. Sekolah atau guru memberikan daftar judul buku yang harus dibaca dalam rentang waktu tertentu oleh siswa. Judul buku yang dipilih harus disesuaikan dengan tingkatan atau kelas siswa, buku yang dipilihkan harus sesuai dengan usia dan perkembangan bahasa peserta didik. Buku-buku tersebut dapat diakses siswa di sekolah, dan kalaupun harus membeli hal yang penting diperhatikan adalah buku tersebut mudah didapatkan. Siswa tinggal memberi tanda pada kartu daftar judul buku dan guru bisa melakukan verifikasi secara lisan untuk mengetahui apakah mereka benar-benar membaca buku tersebut atau tidak. Program ini sangat diminati oleh siswa karena sekolah memberikan reward pada siswa yang berhasil melakukan tantangan tersebut.

 

Program selanjutnya adalah penerbitan hasil tulis siswa.Majalah Arba’a memberikan ruang yang cukup banyak. Misalnya,pada rubrik prestasi dan cita-citaku, siswa dapat menulis cerita pengalaman pribadi mereka cukup satu atau dua paragraf saja. Karya cerpen, atau puisi yang dibuat oleh siswa juga dapat diterbitkan dalam majalah sekolah, bahkan kisah atau cerita perjalanan liburan mereka dapat dimuat di rubrik jalan-jalan. Penerbitan ini adalah bentuk reward untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk terus berkarya. Penerbitan karya-karya siswa  bisa secara online maupun dicetak secara offline seperti ditampilkan di majalah didinding atau di majalah sekolah.

 

 

Yang harus diperhatikan agar gerakan literasi sekolah ini berhasil adalah: kegiatan membaca haruslah menyenangkan dan tidak membebani siswa,  guru sebagai contoh (guru harus ikut membaca bersama siswa di kelas, selalu membawa buku bacaan ke mana pun, mempromosikan buku yang sudah dibacanya, dan lain-lain.), berjangka panjang (minimal satu tahun baru dapat dilihat hasilnya), dan ketersediaan buku di setiap kelas.

 

Bagaiman peranan majalah sekolah dalam program GLS? Seperti yang telah dibahas diatas salah satu program dalam GLS adalah penerbitan hasil karya siswa, karya siswa disini berupa karya tulis seperti puisi, cerpen, comik maupun novel. When you speak, your words echo only across the room, or down the hall.But when you write, your words echo down the ages. Sedangkan dalam kaitannya dengan menulis, Hernowo (2005) menyebut bahwa menulis dapat membuat pikiran kita lebih tertata tentang topik yang kita tulis, membuat kita bisa merumuskan keadaan diri, mengikat dan mengonstruksi gagasan, mengefektifkan atau membuat kita memiliki sugesti (keyakinan/pengaruh) positif, membuat kita semakin pandai memahami sesuatu (menajamkan pemahaman), meningkatkan daya ingat, membuat kita lebih mengenali diri kita sendiri, mengalirkan diri, membuang kotoran diri, merekam momen mengesankan yang kita alami, meninggalkan jejak pikiran yang sangat jelas, memfasihkan komunikasi, memperbanyak kosa-kata, membantu bekerjanya imajinasi, dan menyebarkan pengetahuan. Oleh sebab itu kemampuan menulis tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan membaca. Karena dua ketrampilanliterasi tersebut adalah syarat mutlak seseorang dikatakan literat.

 

Pada kegiatan menulis inilah majalah sekolah bisa menjadi media yang mendukung keberhasilah program literasi sekolah. Majalah sekolah yang terbit secara berkala merupakan wadah untuk mempublikasikan hasil karya siswa, artinya karya-karya siswa tidak hanya di baca atau di ketahui oleh teman-teman dikelasnya karena hanya di tempel di majalah dinding tetapi dapat dilihat dan dibaca oleh seluruh warga sekolah bahkan keluarga mereka. Hal ini merupakan pengahargaan yang sangat luar biasa bagi seorang anak. 

 

 

Novita Utami  | Redaktur Majalaah Arba'a SD Muhammadiyah 4 Surabaya


Tags: MajalahSekolahSebagaiStrategiGLS , GerakanLiterasiSekolah , KopdarnasPenggiatLiterasi , NovitaUtami

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website