Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyambut Kopdarnas Penggiat Literasi: LITERASI ANAK DAN CRITICAL PERSPECTIVE

.: Home > Artikel > Majelis
27 November 2017 22:21 WIB
Dibaca: 1431
Penulis : Umi Salamah

 

 

Opening

 

“Id like move to”

 

Ini adalah quote yang membuat saya suka sama dunia literasi untuk pertama kalinya. Buku menjadi jembatan pertama yang membuatku hijrah,baik dari sisi personal sampaisisi spiritual.

 

Masa SMA memang masa-masa penemuan diri. Berawal dari buku-buku yang sayabaca, saya menjadi mengerti bahwa berhijab adalah wajib. Finally,sampaikemudian sayaputuskanuntukmemakaihijab sampaisekarang. Alhamdulillah.

 

Berlanjut, ketika mengambil kuliah Sastra Inggris disebuah universitas diSemarang. Musti belajar dunia literasi, masterpiece of english literaturdari jaman old english, middle english, renaisance, restoration, romantic age, victorian, 20th literaturesampaiModern Drama.

 

Belajar sastra its mean belajar tentang bagaimana dunia literasi hadir sebagai critical perspectiveterhadap kondisi sosial dimasyarakat yang terjadi dimasanya.

 

Berbagi waktu dengan kuliahku diSolo,aku beneran jatuh cinta dengan dunia buku dan segala isinya. Sampaikemudian terpilih menjadi Duta Perpustakaandi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tugas Duta Perpustakaan adalah sebagai pustakawan penghubung, belajar tentang sirkulasi buku, bagaimana mengolah buku, mulai dari pengadaan, kataloging dan pengklasifikasian buku-buku, teknis peminjaman buku, teknis membuat kartu sampai syuting untuk company profile perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

 

Cinta buku, tetapi tidak bisa menulis kayaknya absurd. Maka, mulailah saya bergabung dengan dunia blogging kompasiana.com, mendapat pelatihan menulis bersama wartawan kompas, ikut acara gathering, lomba menulis sampai kampanye gerakan-gerakan positif untuk sekolah-sekolah dan kampus-kampus bersama ID Kita Kompasiana.

 

Menjadi guru TK itu pilihan profesi yang unik. Menyukai dunia anak-anak dengan segala bentuknya dan ingin membawa semangat literasi kepada anak-anak sejak dini. Didukung oleh kepala sekolah yang kece,kami membuka perpustakaan “Taman Bacaan Balita”. Kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya perpustakaan itu untuk dikelola. Mulai dari disain sampai pengadaan buku-bukunya.

 

Usia TK, anak-anak yang belum bisa membaca, tidak menyurutkan kami semua untuk memperkenalkan dunia buku kepada mereka sejak dini. Berawal dari bukulah mereka mengerti berbagai bentuk huruf, mulai mengenal bentu-bentuk huruf, menghafalnya, membaca gambar sampai kemudian mereka bisa membaca kata dan kalimat. Itulah tahapan membaca pada anak-anak. Melalui program jurnal pagi dan ILove Book,pelan-pelan mereka mulai bisa membaca.

 

Tidak sebatas lingkup sekolah, taman bacaan ini juga mulai dibuka untuk umum pada Juli 2017 kemarin. Tujuannya untuk menyebarkan gerakan Iqra (terispirasi dari Gerakan Iqra debut oleh Bidang PIP PP IPM tahun 2007, kalau tidak salah) kepada masyarakat luas, sekolah lain, masyarakat di sekitaran Purwokerto.

 

Buku-buku yang ready di Taman Bacaan Balita tentunya seputar buku-buku bergambar yang minim kalimat,tentu karena konteksnya buku untuk anak-anak. Selain itu,ready juga buku-buku parenting, crafting, seputar seni mendidikdan psikologi.

 

 

 

 

Point View

 

Wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad adalah Quran surat Al A’laq ayat 1-5. Malaikat Jibril sampai harus mengulangkan beberapa kali kata “Iqro, Bacalah”,agar Nabi Muhammad paham benar akan makna “membaca.” Makna membaca menjadi sangat luas tafsirannya. membaca bisa apa saja, dan ayat pertama dalam surat Al A’laq ini memiliki arti yang begitu indah; “Bacalah dengan Nama Tuhan Mu yang menciptakan.”

 

Nilai dibalik turunnya wahyu yang pertama ini mencakup banyak hal. Bisa dikatakan bahwa membaca adalah pembuka; pembuka pengetahuan, pembuka kebenaran. Islam telah memposisikan “membaca” menjadi suatu pekerjaan yang sangat didahulukan dan penting. Sayangnya tidak banyak orang yang menyadari bahwa pentingnya membiasakan diri kita untuk membaca bahkan membudayakan membaca kepada anak-anak kita. Membaca adalah jalan menuju ilmu dan perpustakaan merupakan rumahnya ilmu.

 

Kedudukan perpustakaan menjadi sangat penting,bahkan keberadaan perpustakaan menjadi salah satu tolak ukur kejayaan Islam dimasa silam. Hal ini berbanding lurus antara pengetahuan (perpustakaan) dengan kemajuan suatu bangsa. Pada masa kejayaan Islam, di Andalusia terdapat 20 perpustakaan, yang terkenal diantaranya yaitu; a) Perpustakaan Mosul, didirikan oleh Ja’far Ibn Muhammad, b) Perpustakaan Cordova, memiliki koleksi 400 ribu judul buku, c) Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo dengan 2 juta koleksi judul buku, dan d) Perpustakaan Al Hakim di Syam dengan 3 juta koleksi judul buku.

 

Whats a wonderfull world,kemegahan dan kesadaran akan menggali pengetahuan yang sangat pesat dan didukung dengan kebijakan pemerintahan Islam dimasa itu, yang begitu menghargai akan ilmu dan usaha-usaha mereka dalam membumikan ilmu pengetahuan, melalui penelitian-penelitian di bidang ilmu perbintangan, kedokteran, filsafat, seni budaya dan sebagainya, maka tidak heran jika Islam mampu mencapai masa kejayaan yang gemilang.

 

 

 

Taman Bacaan Balita

 

Sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai lahan pendidikan basic untuk anak-anak mengemban tugas yang sangat besar. Di sinilah segalanya bermula, sebagai penanaman akhlaq, aqidah dan ibadah, berdampingan peran lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, yaitu mengantarkan para generasi muda menjadi generasi intelektual, generasi pemikir, generasi yang mau dan menghargai proses untuk menumbuhkan pengertian yang baik, pengetahuan yang baik dan sikap yang baik pula. Suatu sekolah dinyatakan gagal apabila pesan-pesan pendidikan tersebut tidak sampai kepada peserta didik,sehingga keberadaan perpustakaan dalam lingkup sekolah PAUD amatlah penting sebagai salah satu penyalur pesan pendidikan tersebut.

 

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak didunia,ternyata tidak serasi dengan nilai wahyu pertama dalam Al-Quran surat Al-Qalam. Kualitas rating membaca diIndonesia sangat cekak. Tentunya hal ini sangat memprihatinkan. Maka,bagaimanakah caranya peran kita untuk memulai menumbuhkan kecintaan terhadap buku sejak dini.

 

“Taman Bacaan Balita”dengan motto “Aku Suka Membaca”,berusaha memberikan rumah yang nyaman serta ramah untuk belajar,kepada anak-anak usia dini. Anak-anak terlihat antusias memilah buku, melihat-lihat buku.Sebagian berdiskusi tentang gambar yang mereka lihat, sebagai tahapan pertama dalam membaca.Sebagian mulai bisa membaca,mengeja satu demi satu huruf yang mereka lihat dan membacanya. Bagi anak-anak, perpustakaan merupakan tempat rekreasi karena disediakan kasur, karpet, meja dan kursi warna-warni yang nyaman untuk anak-anak; memberikan pelayanan terbaik kepada pemustaka cilik sebagai bentuk ibadah.

 

Aktivitas kegiatan anak-anak dalam taman bacaan balita ini lumayan beragam dan menarik minat anak-anak. Suatu hari,diadakan kegiatan main peran menjadi penjual buku, para siswa terlibat secara aktif dan komunikatif dalam bermain peran. Mereka memesan buku-buku kepada penjual buku, membayar buku dengan uang kertas dan membuat buku cerita mini sederhana karya mereka sendiri.

 

Buku adalah jendelanya dunia, memperkenalkan buku sejak dini kepada anak-anak,menjadi pintu bagi mereka untuk menyukai pengetahuan baru yang akan mereka temukan dan mereka dapatkan. Selain itu,menyebarkan semangat mencintai buku sejak dini secara lebih luas lagi.

 

 

*Umi Salamah, pegiat literasi anak ~ pengelola taman bacaan Balita,

Alumni PW IPM Jateng/SDI/10

 


Tags: LiterasiAnakdanCriticalPerspective , KopdarnasPenggiatLiterasi , UmiSalamah

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website