Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

ANARKISME DIGITAL

.: Home > Artikel > Majelis
31 Desember 2022 19:59 WIB
Dibaca: 453
Penulis : Makroen Sanjaya

[Catatan akhir tahun]

Harian Republika Versi Cetak Akan Berhenti Terbit 1 Januari 2023, Beralih  Sepenuhnya ke Digital - Orbit Indonesia   Radio BBC Indonesia 'undur diri' setelah 73 tahun mengudara - BBC News  Indonesia
baca disini: orbitindonesia                                                                   baca disini: www.bbc.com
 

Akhir tahun 2022 ini menyisakan kegetiran bagi dunia media di Indonesia. Republika cetak, yang terbit sejak 4 Januari 1993, harus lenyap dari muka bumi mulai 1 Januari 2023. Republika, yang dibidani Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), harus pamit hanya empat hari sebelum ulangtahunnya yang ke-30. Media cetak pertama di Indonesia yg mengonvergensikan diri ke digital tahun 1995 itu, mengalami 'sakaratul maut' dini hari Sabtu, 31 Desember 2022 dengan edisi terakhir dengan berupa cover jaket berjudul "Terima Kasih." Alih-alih 'menolong' justru koran dalam format digital (termasuk republika.co.id) menjadi 'predator' bagi media cetak pendahulunya. 

Republika tak sendiri. Bobo Junior, tabloit Nova, media legendaris milik KKG juga bernasib sama. The Jakarta Post cetak lebih dulu tewas pada 2021. Sinar Harapan, Harian Bola dan Jakarta Globe, juga bertumbangan.

Di penghujung 2022 ini pula, muncul kabar duka dari ranah radio. BBC News Indonesia, yang sudah 37 tahun mengudara melayani pendengar setianya, juga undur diri. Penyiar BBC News Indonesia, Heyder Affan menjadi orang terakhir yang mengudarakan radio milik publik Inggris itu, Jumat 30 Desember 2022 sore, dan setelahnya memviralkannya di lini masa media sosial.

Dengan pamitnya Republika dan BBC News Indonesia analog, kian membuktikan bahwa anarkisme digital makin menelan banyak korban. Anarkisme dimaknai sebagai "kebebasan individu tanpa adanya negara yang mengatur." Benar kata David Holmes (2012) bahwa salah satu distingsi media lama versus media baru (digital) adalah media lama cenderung dikontrol negara (melalui regulasi yang ketat), sedangkan media baru (digital) menghindari kontrol negara. Di media digital, apa saja 'boleh.' Umbaran cerita di ranjang, ujaran kebencian, ancaman fisik, hingga tindak kekerasan diekspos secara bebas di ruang digital. Celakanya, konten minus atau sampah, senang dikudap konsumen media, sehingga mereka jadi malas membaca konten (jutaan huruf di media cetak) karena lebih 'nikmat' mengonsumsi visual-visual pendek dengan berbagai 'aroma' dan 'cita rasa' (negatif).

Arys Hilman, Direktur Republika, dalam edisi 'pamit' 30 Desember 2022 menuliskan "pelantar digital membuka jalan demokratisasi, tapi saat yang sama menjadi suluh anarki...hoax merajalela, fake news menjadi santapan harian, simulakra mewujud seolah kebenaran, dan post truth mengisi ruang-ruang publik." 

Kini, saya merenung, sampai kapan anarkisme digital ini terus menggejala, sambil menghitung-hitung (hari) berapa lama lagi media cetak yang masih eksis, akan mampu bertahan?
 
Sabtu, 31 Desember 2023

Dr. Makroen Sanjaya, M.Sos.
Praktisi Media.Akademisi Ilmu Komunikasi.Pegiat Literasi Digital
Pakar dan Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UM Jakarta
Anggota MPI PP Muhammadiyah Div. Broadcasting dan Informasi Publik
Direktur TV Muhammadiyah

Tags: catatanakhirtahun
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : informasi publik

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website