Berita : Majelis Pustaka dan Informasi


PERIHAL MUSEUM MUHAMMADIYAH

Jum'at, 11-11-2016

 

 

Oleh:  Widyastuti dan David Efendi

Majelis Pustaka & Informasi PP Muhammadiyah

 

 

Selain untuk membangun pemahaman publik tentang masa lalu, museum juga menjadi media membangun identitas nasional (Dean & Rider, 2005). Sebagai bangunan nasional (nation) selalu terbentuk dari entitas jamak. Misalnya, Muhammadiyah dan Taman Siswa punya peranan sangat penting dalam formasi pendidikan bangsa sejak zaman kolonialisme. Dan di level lokal, banyak juga gerakan-gerakan pendidikan populer di era itu dengan format yang tak seragam. 

 

Pada umumnya, museum dipahami sebagai media fisik yang berfungsi sebagai penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materian hasil budaya manusia, adalah media yang memiliki guna bagi pelestarian budaya bangsa di mana pun berada. Selain itu museum juga telah luas diterima sebagai sarana pengkayaan di bidang edukasi, rekreatif, estetik, hiburan, dan juga bernilai unggul ke-pariwisata-an. Dalam konteks Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang melampaui usia satu abad (1912-2016), museum juga merupakan sarana informasi dan dokumentasi yang efektif tentang segala sesuatu yang pernah di masa lalu atau sekarang sebagai living history.

 

Mengapa museum Muhammdiyah? Ada beberapa alasan yang emndasari gagasan ini. Pertama, bangsa ini perlu mengapresiasi sepak terjang pendiri Muhammadiyah dan gerakan Muhammadiyah itu sendiri sebagai kekuatan bangsa di Nusantara. Dokumentasi ihwal Muhammadiyah akan banyak memberikan inspirasi bagi generasi muda yang akan melanjutkan mengurus kehidupan berbangsa dan bernegara. KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah adalah tokoh yang cukup berpengaruh dalam sejarah pergerakan nasional di Indonesia, sehingga riwayat hidupnya sangat penting untuk diabadikan sebagai media informasi keberadaannya bagi generasi yang akan datang. Ketokohan bukan hanya dimiliki KH Ahmad Dahlan, namun beberapa nama tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansyur, Amien Rais, AR Fahruddin, dan lain-lain memiliki sejarah yang cukup monumental dalam pergerakan nasional di Indonesia. Artinya, Muhammadiyah sebagi sebuah gerakan memiliki peranan yang cukup strategis dalam masyarakat Indonesia khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.

 

Kedua, sangat banyak peninggalan monumental fisik Muhammadiyah yang kehilangan jejak informasinya sehingga dikhawatirkan semakin lama orang tidak akan mengenal tempat-tempat yang bersejarah bagi Muhammadiyah. Di antara banyak warisan budaya unggul Muhammadiyah, ternyata karya-karya monumental yang dipelopori oleh Muhammadiyah masih banyak yang belum terdokumentasikan dengan baik. Dengan hadirnya museum Muhammadiyah di Yogyakarta khususnya, maka public akan lebih mudah mendapatkan  informasi dan karya dokumentasi sejarah gerakan Muhammadiyah. Tentu saja ini tak hanya membanggakan warga Muhammadiyah ketika berkunjung ke Yogyakarta tetapi juga menjadi kebanggan semua anak bangsa.

 

Jenis Museum yang akan didirikan Muhammadiyah adalah Museum Umum yang meliputi berbagai cabang ilmu yang nantinya Tujuan menjadi pusat dokumentasi dan informasi sejarah gerakan Muhammadiyah, menjadi pusat media pendidikan Muhammadiyah, dan menjadi media pariwisata (Wisata religi, wisata pendidikan, wisata kota lama, dan wisata berkemajuan, dan sebagainya).

 

Dalam pendirian Museum Muhammadiyah ini Majelis Pustaka dan Informasi telah mempersiapkan beberapa tahapan yaitu : Pertama, tahap persiapan. Dalam tahap persiapan ini dilakukan identifikasi terhadap materi-materi yang akan ditampilkan dalam Museum Muhammadiyah. Tahap ini juga akan dilakukan penjajagan dan suvey terhadap cara memperoleh materi-materi yang akan ditampilkan dalam Museum Muhammadiyah.

 

Kedua, tahap pengumpulan materi. Dalam taham pengumpulan materi ini akan dilakukan pemilahan materi yaitu bahan-bahan yang menyangkut peninggalan living monument. Dalam hal peninggalan yang bersifat living monument akan dilakukan 2 hal utama yaitu konservasi dan dokumantasi, berikutnya adalah naskah, historika (cetak dan audio visual), buku/majalah, karya seni dan seni kriya, benda grafika (foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen), diorama. Tahap pengumpulan materi ini juga akan melakukan proses registrasi, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, pendokumentasian

 

Ketiga, tahap penyiapan lokasi. Tempat yang akan digunakan sebagai Museum Muhammadiyah setidaknya akan didesign sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi-fungsi antara lain; (1) Ruang Pamer; (2) Ruang Kantor Pengelola; (3) Ruang Kurasi Koleksi; (4) Ruang Pelayanan Publik (termasuk perpustakaan, aula, dan ruang pertemuan); (5) Ruang Audio Visual

 

Keempat, tahap pendisplayan materi. Dalam tahap pendisplayan materi akan dilakukan penataan terhadap materi-materi yang sudah ada berdasarkan klasifikasi dan urutan peristiwanya. Khusus untuk peninggalan yang sifatnya masih living monument, dokumentasi dan informasi bukan hanya disajikan dalam museum namun di situsnya sehingga peninggalan tersebut akan menjadi bagian dari pengelolaan koleksi museum. Pada saat dilakukan penataan secara fisik koleksi-koleksi yang akan dipamerkan dalam Museum tersebut juga dilakukan penataan pengelolaan khususnya yang  berkaitan dengan sumberdaya manusianya.

 

Berikutnya tahap kelima, adalah tahap promosi. Dalam tahap promosi ini dilakukan publikasi baik internal Muhammadiyah maupun eksternal Muhammadiyah terhadap keberadaan Museum Muhammadiyah ini.

 

Terakhir, adalah mekanisme perawatan. Tahap ini sebenarnya merupakan bagian dari tahap pengelolaan museum secara rutin dan bekerlanjutan. Tantangan terberat kepemilikan meseum baik yang dikolola oleh negara atau swasta adalah masalah maintenance (pemeliharaan). 

 

Sebagai penutup, perlu diketahui publik secara luas bahwa Museum Muhammadiyah didirikan sebagai sebuah upaya pendokumentasian secara komprehensif sejarah dan hasil karya Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang besar di Indonesia sudah saatnya memiliki pusat informasi dan dokumentasi yang bersifat umum dan mudah dinikmati oleh semua kalangan. Museum Muhammadiyah ini sangat membutuhkan dukungan warga Muhammadiyah dan juga pihak-pihak pemerintah terkait dimana melestarikan peninggalan Muhammadiyah sejatinya adalah menghargai karya cipta anak bangsa?dimana KH Dahlan, Nyai Walidah, Ki Bagus Hadikusumo merupakan tokoh penting Muhammadiyah yang juga bergelar Pahlawan Nasional yang sudah seharusnya diapresiasi dengan sebaik-baiknya.[]