Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Proyek Peradaban Bernama TrenSains (Pesantren Sains)

.: Home > Artikel > Majelis
07 Desember 2015 05:40 WIB
Dibaca: 2913
Penulis :

SMA Trensains Sragen                                                                      SMA Trensains Tebuireng Jombang

 

MUQADDIMAH

Diktum sains yang terkenal menyatakan bahwa sains tidak netral atau bebas nilai. Pada prinsipnya setiap bangunan sains selalu dibangun di atas tiga pilar yang berasal dari tata nilai dan worldview yang berkembang di tempat sains dibangun dan dikembangkan. Ketiga pilar tersebut adalah  ontologi, aksiologi dan epistemologi.

Pilar ontologi terkait dengan subyek (realitas) yang diterima dan dapat dikaji. Aksiologi terkait dengan untuk apa suatu ilmu pengetahuan dirumuskan. Sedangkan epistemologi terkait dengan apa dan bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh, atau sumber pengetahuan.

Sains barat atau sains modern menjadikan materialisme ilmiah sebagai pilar ontologi. Subyek hanya terdiri dari materi, ruang dan waktu. Selain itu tidak ada. Jiwa dan ruh tidak ada. Di sekolah menengah materialisme ini diajarkan dengan ungkapan, “Materi tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”.

 Aksiologi sains Barat hanya berupa kepuasan dari petualangan intelektual sang ilmuwan serta untuk sains itu sendiri. Sains apa saja boleh dibangun sepanjang anggaran tersedia. Tidak perlu ada pertimbangan sosioligis, moralitas atau hal lainnya 

 Untuk pilar epistemologi, sains Barat mengagungkan rasionalisme, empirisme, dan obyektifisme. Pengalaman empiris inderawi dirumuskan melalui metoda ilmiah. Fakta-fakta merupakan sumber pengetahuan, dan pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta dan hubungan yang terdapat di antaranya. Inilah inti positivisme. Karena sejak awal sains telah keluar dari diktum-diktum agama maka kitab suci tidak lagi dijadikan sebagai sumber atau basis epistemologi.

Di luar konsep sains barat di atas, Sains Islam justru memandang bahwa Allah Swt. telah memerintahkan hamba-Nya untuk merenungi kejadian-kejadian di alam semesta. Ini berarti ketika seseorang mempalajari biologi, fisika, kimia, geografi dan astronomi, sejatinya orang tersebut sedang memahami pikiran, keagungan, dan kehadiran sang Maha Pencipta, yaitu Allah Subhanauhu wa Ta’ala.

Sayangnya, di internal umat islam sendiri usaha-usaha memahami alam semesta ini masih dipandang sebagai kegiatan duniawi yang kering dari nilai-nilai spiritual. Atau hanya sekedar proyek sampingan jika dana mendukung karena tidak dianggap ibadah.

Disadari atau tidak, sekolah-sekolah pada umumnya, tidak terkecuali sekolah berlabel islam mengajarkan para siswanya meteri seperti biologi dan geografi, tapi tidak sampai kepada kesimpulan bahwa yang sedang dibahas itu adalah keagungan dan kehebatan Allah. Para siswa mempelajari siklus hujan tetapi buntu, tidak sampai kepada pertanyaan siapa yang menurunkan hujan. Atau mempelajari tatasurya, sayangnya tidak sampai kesimpulan bahwa Allah-lah yang telah mendesain semua keteraturan di jagat raya ini. Kenapa para guru-guru kita tidak mengaitkan fenomena-fenomena alam  dengan konsep ketuhanan, Tauhid Rububiyyah.

Saat ini kita merasakan akibatnya. Yang paling terasa adalah para ilmuwan hampir-hampir mudah dibeli dan para pemimpin kita rata-rata korup. Mereka berkolaborasi untuk mengekpolitasi sumberdaya alam titipan Allah ini tanpa bertanggung jawab. Belum lagi ketergantungan kita terhadap produk teknologi semakin hari semakin menggila. Sayangnya, semua produk tersebut hampir tidak ada yang keluaran negeri muslim, tak terkecuali negri muslim terbesar indonesia.

Masalah-masalah yang disinggung diatas memunculkan pertanyaan. Apa akar masalah dari semua itu? Masalahnya ada dua: Sains yang dikembangkan saat ini harus dibenahi karena membawa penyakit dan kita sebagai umat islam tidak boleh lagi abai terhadap sains.

Kita semua berimajinasi akan adanya sains kealaman: fisika, kimia, biologi, geologi, farmasi, kedokteran dan astronomi maupun terapan teknologinya, yang sejak awal dibangun diatas basis al-Quran. Kita memimpikan bangkitnya kembali peradaban islam yang berbasis sains Qurani. Tanpa sains tidak ada masa depan. Tanpa nilai-nilai Qurani, sains cenderung membabi buta dan membawa petaka. Mimpi melahirkan para saintis yang jujur dan bermoral sangat mendesak untuk kita wujudkan. Proyek yang besar ini bernama “TRENSAINS”.

 

SEJARAH TRENSAINS

SMA Trensains Darul Ihsan Muhammdiyah Sragen atau disingkat SMA Trensains Dimsa” merupakan proyek pertama yang mengawali lahirnya ide Pesantren Sains. Telah dilaunching pada 1 Muharram 1435 H/ 5 November 2013 oleh PP. Muhammadiyah yang diwakili oleh Dr.H. Abdul Mu’ti, M.Ed dan Kreator Trensains Dr. Agus Purwanto (Saintis Fisika Teori alumnus Universitas Hirosima Jepang).

Saat ini, SMA Trensains telah memiliki santri angkatan pertamanya tahun ajaran 2013-2014 berjumlah 40 santri putra dan putri, yang berasal dari berbagai provinsi di tanah air.         

Berikut ini adalah petikan berita yang diliput oleh majalah Suara Muhammadiyah.

GRAND LAUNCHING SMA TRENSAINS DARUL IHSAN MUHAMMADIYAH

SMA dengan kurikulum penggabungan antara al-Quran dan sains ini tergolong baru, berbeda dengan lainnya yang sekedar menghubungkan antara keduanya dengan garis persamaan atau sekedar pencocok-cocokan. Trensains di sini lebih dari itu, karena menuntut lahirnya sains dari pemahaman ayat kauniyah dari al-Quran, menuntut adanya instrumen keilmuan alam yang terinspirasi langsung dari pemahaman struktur al-Quran, per-kosakata, munâsabah, dan semua dimensi kemukjizatan al-Quran.

Garis besar dan tujuan acara adalah publikasi dan pengenalan SMA Trensains ke ranah publik, penggalangan dana sekaligus peresmian oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah. If you are not the best, be the first – alfadhlu lil mubtadi wa in ahsanal muqtadi. Mungkin itulah jargon yang selama ini mengilhami pondok pesantren Darul Ihsan sebagai lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang menjadi rahim lahirnya gagasan Trensains secara institusional. Oleh karena itu gaung akan adanya dinamika baru keilmuan indonesia harus disampaikan seluas-luasnya.

Adapun penggalangan dana, karena memang set-plan jangka panjang ke depan, Dimsa akan mengembangkan sayapnya ke luar komplek yang sudah ada, oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi bersama antara penyelenggara dan masyarakat dalam lingkup Nasional, anggota persyarikatan khususnya. Besar anggaran tersebut tidak main-main, ratusan milyar untuk pembelian tanah dan pembangunan gedung, hal itu sangat wajar mengingat beberapa banner yang tertempel di aula pertemuan dan bisa dilihat langsung oleh peserta yang menghadiri acara tersebut.

Rentetan acara launching tersebut dimeriahkan oleh atraksi Tapak Suci dan Tari Saman khas santriwati Dimsa, dilanjutkan dengan orasi-orasi ilmiah dari Agus Purwanto, D.Sc sebagai Kreator Trensains dan Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed sebagai utusan PP Muhammadiyah.

Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed.  mengatakan bahwa dirinya bersama PP Muhammadiyah memberikan dukungan penuh akan berdirinya SMA Trensains. Lebih dari itu beliau berharap agar dengan program ini, umat Islam keseluruhan bisa mengulang kembali sejarah emas dimana seluruh keilmuan saling terkoneksi dan terintegrasi, tidak lagi terdikotomi dalam kotak-kotak yang justru akan membuat umat Islam mundur.

“Dengan adanya Trensains kita berharap bisa melahirkan kembali sosok Ibnu Sina yang ahli agama tapi disaat yang sama juga ahli dalam bidang  ilmu kedokteran dan filsafat. Begitu juga Ibnu Rusyd yang mahir akan keintelektualan ilmu fikih tapi tidak buta akan filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Penemuan angka nol, pemetaan geografi bumi, optik, kedokteran,  itu semua mempunyai rahim dari keintelektualan kaum muslim yang harus kita raih kembali.” Ujar Bapak Mu’thi bersemangat.

Akhirnya acara ditutup dengan peresmian SMA Trensains oleh beliau yang membubuhkan tanda tangan di atas marmer bertuliskan “Dengan Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala  SMA Trensains Telah Diresmikan”, tertanda, Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed. Disaksikan langsung oleh Kreator Trensains Agus Purwanto, D.Sc. dan segenap peserta yang dengan semangat menggemakan takbir dan tahmid kepada Allah Swt.. 

 

DASAR PEMIKIRAN

Allah Swt. memerintahkan manusia untuk merenungi kejadian-kejadian alam semesta. Ini berarti ketika seseorang mempelajari Biologi, Fisika, Kimia, Geografi dan Astronomi, sejatinya orang tersebut sedang memahami pikiran, keagungan dan kehadiran sang Maha Pencipta, Allah Swt. Sayangnya , usaha-usaha memahami alam ini masih dipandang sebagai kegiatan duniawi yang kering dari nilai-nilai spiritual agama.

Efek dari pemahaman ini adalah sekolah-sekolah masih menggiring siswa-siswinya mempelajari siklus hujan tetapi tidak sampai kepada kesimpulan siapa yang menurunkan hujan. Atau mempelajari tatasurya, tapi tidak dikenalkan dan dipahamkan bahwa Allah-lah yang mendesain semua keteraturan di jagad raya ini.

Tak mengherankan, jika hasilnya banyak dari saintis kita yang bobrok akhlaknya. Bahkan sebagiannya lagi melakukan korupsi dan eksploitasi secara besar-besaran hingga alam menjadi rusak. Tidak diragukan lagi, ini adalah akibat dari hilangnya nilai-nilai spiritual yang seharusnya mereka dapatkan selama bersekolah.

Benarlah apa yang dikatakan Albert Einstein: “Science with out releigion is blind”, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta. 

Oleh sebab itu, kita semua berimajinasi akan adanya ilmu Matematika, Biologi, Geografi yang sejak awal dibangun dan didasarkan dari kitab suci Al-Quranu’l Karim. Selain itu, kita semua juga memimpikan akan bangkitnya kembali peradapan Islam yang bertumpu pada sains Qurani. Tanpa sains tidak ada masa depan. Tanpa nilai-nilai Quran, sains pun cenderung membabi buta bahkan membawa malapetaka.

Mimpi melahirkan para “Saintis Muslim” yang jujur dan bermoral sudah semakin dekat kita wujudkan. Hal itu karena SMA TRENSAINS sudah ada dihadapan kita.

 

MAKNA TRENSAINS

Trensains adalah kependekan dari PESANTREN SAINS yang merupakan sintetis dari pesantren dan sekolah umum bidang sains. Trensains merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA yang merupakan proyek baru di Indonesia, bahkan mungkin di dunia Islam Sunni, karena kegiatan utamanya adalah mengkaji dan meneliti ayat-ayat semesta yang terkandung di dalam Al Quranu’l Karim dan Hadis Nabawi.

Trensains tidak menggabungkan materi pesantren dan ilmu umum sebagaimana ponpes modern. Trensains mengambil kekhususan pada pemahaman al-Quran, sains kealaman (natural science) dan interaksinya. Poin terakhir, interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas trensains dan tidak ada dalam ponpes modern.

Kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi kemampuan dasar bagi para santri. Selain menjadi alat komunikasi, di Trensains bahasa Arab juga digunakan sebagai alat analisis awal dalam menalar ayat-ayat al-Quran khususnya ayat-ayat kauniyah.

Trensains juga membimbing para santrinya untuk mempunyai kemampuan nalar matematik dan filsafat yang memadai. Konsep dasar limit, diferensial dan integral perlu diperkenalkan sebagai alat analisis dan memahami konsep fisika. Nalar dan spirit filosofis diperlukan untuk berfikir runut, tuntas dan mendasar. Sejarah filsafat Yunani awal memperlihatkan spirit pemikiran paling awal tentang alam dan realitas. Sejarah aliran pemikiran perlu diperkenalkan untuk memahami adanya aneka cara pandang atas alam yang pada akhirnya para santri mampu memilah konsep sains yang bertabrakan dengan Islam dan yang tidak. Filsafat menjadi niscaya ketika dialektika agama dan sains diperkenalkan. Kita tahu, selama ini filsafat dihindari di pesantren sehingga masuknya filsafat di dalam trensains bisa menjadi penanda babak baru pesantren.

Jika umumnya pesantren mengharapkan alumninya menjadi ulama syariah (hukum Islam), maka proyeksi alumni Trensains adalah lahirnya ulama-ulama yang memiliki spesialisasi dibidang sains kealaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis al-Quran, kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak.

 

CIRI  KHAS TRENSAINS

  1. Trensains tidak menggabungkan materi pesantren dan ilmu umum sebagaimana pesantren-pesantren modern pada umumnya. Akan tetapi, mengambil kekhususan pada pemahaman al-Quran, sains kealaman (natural science) dan interaksi antara agama dan sains. Poin terakhir, interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas Trensains dan tidak ada dalam ponpes modern.
  2. Bagi santri Trensains, setidaknya ada empat syarat dasar yang harus disiapkan: kemampuan bahasa Arab dan Inggris, serta  kemampuan nalar matematik dan filsafat yang memadai, karena sebagian besar pembelajarannya diusahakan menggunakan bahasa Arab-Inggris, selain menu utama sehari-hari menuntut para santri untuk berpikir secara runut, kritis dan mendalam.
  3. Selain menjadi alat komunikasi, di Trensains bahasa Arab juga digunakan sebagai alat analisis awal dalam menalar ayat-ayat al-Quran khususnya ayat-ayat kauniyah.
  4. Jika umumnya pesantren mengharapkan alumninya menjadi ulama syariah (hukum Islam), maka proyeksi alumni Trensains adalah lahirnya ulama-ulama yang memiliki spesialisasi dibidang sains kealaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis al-Quran, kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak.

 

MOTTO, VISI, MISI & TUJUAN

MOTTO: Trensains: Competent in Quran and Science

VISI: Lahirnya generasi yang memegang teguh al-Qur'an dan as-Sunnah, mencintai dan mengembangkan sains, serta memiliki kedalaman filosofis dan keluhuran akhlak

MISI:

  1. Menyelenggarakan proses pendidikan yang menanamkan pemahaman dan kecintaan pada al-Qur'an dan as-Sunnah.
  2. Menyedikan lingkungan bagi berkembangnya sikap ilmiah, berfikir logis filosofis dan tanggap serta menyelami alam baik materi maupun imateri dengan berbagai fenomenanya.
  3. Mengantar santri untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang kealaman.

 

TUJUAN:

  1. Menghasilkan lulusan santri yang siap menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang sains kealaman. 
  2. Menghasilkan lulusan santri yang memiliki kompetensi: sains kealaman, al-Quran  dan bahasa arab
  3. Menghasilkan kader ulama dengan spesialisasi Ulama Ayat-ayat Semesta
  4. Menjadi lembaga rujukan dalam penerapan sains islam dalam dunia pendidikan
  5. Manjadi lembaga pusat kajian dan penelitian sains islam dan peradaban islam

 

KURIKULUM

Berpijak dari visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai Trensains, maka disusunlah kurikulum Trensains yang diberinama Kurikulum Unifikasi. Adapun Kurikulum Unifikasi memiliki pengertian dan karakteristik sebagai berikut:

  1. Kata Unifikasi atau Unifikatif memiliki makna penyatuan atau penggabungan. Kata lain yang sepaham dengan Unifikasi adalah Integrasi. Kata Unifikasi atau Integrasi dianggap mewakili ide besar Trensains yang hendak mengembalikan al-Quran sebagai basis epistemology bagi ilmu pengetahuan dan interaksinya.
  2. Secara tekhnis, Kurikulum Unifikasi adalah kurikulum adaptif yang mengkolaborasikan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum khas pesantren sains. Yang dikehendaki dari adaptasi ini, Trensains memiliki model kurikulum dan sistem pengajaran yang jelas untuk mencapai targetnya, disaat yang sama perubahan sistem kurikulum pendidikan nasional yang cenderung cepat dan unpredictable dapat diantisipasi.  
  3. Secara filosofis dan isi, Kurikulum Unifikasi terdiri dari tiga komponen pokok: 
  • a. materi al-Quran (kurikulum al-Quran.
  • b.    materi sains  (kurikulum sains)
  • c.     materi bahasa (kurikulum bahasa)

Jika ketiga materi tersebut merupakan target utama yang harus dikuasai oleh para santri, maka   menjadi keniscayaan menerapkan kurikulum masing-masing komponen dan memodofikasinya.

4.  Dalam menerapkan Kurikulum Unifikasi, pola yang dibangun adalah interaksi pelaku kurikulum dengan peserta didik dalam aktifitas pesantren 24 jam.

 

MATERI AJAR

Sains yang dibahas di Trensains adalah sains yang menjadi pondasi teknologi yakni sains kealaman(natural science), bukan sains humaniora. Sains kealaman adalah sains dengan alam sebagai obyek kajiannya yang secara formal terbagi dalam bidang-bidang sains astronomi, biologi, fisika, kimia, geologi, farmasi dan kedokteran maupun terapan teknologinya.

Langkah sederhana dan praktis untuk mendapatkan gambaran atau pandangan tentang sains kealaman dari al-Quran adalah mengidentifikasi semua ayat yang menyinggung bagian-bagian alam dengan semua fenomenanya. Sebagai contoh, ayat kauniyah jika memuat kata air, awan, besi, bintang, burung, cahaya, darah, emas, jahe, kapal, kilat, langit dan zarrah. Perhitungan langsung menghasilkan 1108 ayat dimaksud dan masih bersifat umum. Pemilahan dengan batasan makna atau pesan lebih spesifik menyisakan 800 ayat.

Secara faktual al-Quran diungkapkan dengan bahasa Arab, bahkan dengan sadar dan jelas al-Quran menyatakan bahwa dirinya diturunkan dalam bahasa Arab. Urgensi bahasa Arab pernah disinggung Rasulullah Saw dengan berpesan agar belajar dan mengajarkannya, terlepas dari perdebatan ulama mengenai kesohihan hadisnya. Demikian pula Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. berkata“Bersemangatlah mempelajari bahasa Arab karena ia adalah bagian dari agamamu”.

Salah seorang ulama terkemuka Ibnu Taimiyah pernah berfatwa: “Sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga.”

Bahasa Arab di Trensains diperlukan bukan sekedar untuk berkomunikasi tetapi untuk penelaahan lebih serius atas teks-teks al-Quran, yang tanpanya pemahaman al-Quran dengan terjemah menyebabkan banyak kehilangan informasi.

Dengan demikian, materi ajar yang diberikan untuk para santri Trensains meliputi tiga hal: natural science, al-Quran beserta seluk beluknya dan bahasa arab. Ketiga materi tersebut jika diturunkan menjadi materi mayor atau pokok, adapun materi lainnya bersifat sebagai penunjang. 

Tabel Materi Mayor Trensains

No.

Subject

Mata Pelajaran

Keterangan

1.

Natural Sains

Matematika

Matematika Wolfram

Fisika

 

Biologi

 

Kimia

 

Ilmu Falak

Ilmu Bumi dan Antariksa

2.

Filsafat Sains

Filsafat Sains 1

Sains:

a.       Pengantar

b.       Sejarah sains islam dan sains konvensional

c.       Biografi ilmuwan

Filsafat:

a.       Pengantar, pengertian, sifat dan fungsi 

b.       Sejarah (Filsafat Yunani Kuno)

c.       Filsafat Sains

Filsafat Sains 2

Sains dan Problematika Ketuhanan:

a.       Hubungan tuhan, manusia dan alam

b.       Materialisme Ilmiyah

c.       Sains Lama

d.       Sains Baru

Agama dan Sains:

a.       Tren Kajian

b.       Jenis Hubungan

c.       Teori Big Bang

Perbandingan Sains Islam dan Barat:

a.       Islamisasi Sains

b.       Saintifikasi Islam

c.       Sains Islam

3.

Al Quran dan Hadis

Ilmu Al-Quran

Ilmu al-Quran:

a.       Konsep al-Quran

b.       Konsep Wahyu

c.       Orisinalitas al-Quran

d.       Sarana dan kaidah memahami al-Quran

e.       Kaidah-kaidah tafsir

Tafsir Kauni

Tafsir Kauni:

a.       Manhaj Tafsir ’Ilmi (Tafsir Sains)

b.       Konsep integrasi al-Quran dan sains

c.       Studi ayat-ayat dan hadis sains

Ilmu Hadis

Ilmu Mustholah al-Hadits

Tajwid dan Tahfidz

Hafalan ayat-ayat kauniyah 

4.

Bahasa

Bahasa Arab

Lughah Asasiyah, Muthalaah, Qowaidh Lughah

Bahasa Inggris

 

Bahasa Indonesia

 

5.

Studi Islam

dan kemuh

ammadiyahan

Aqidah

Tauhid sebagai Asas Sains:

a.         Konsep aqidah

b.        Konsep dinul islam

c.         Konsep tauhid

d.        Realisasi tauhid dalam kehidupan

e.         Mendakwahkan tauhid kepada dunia

Tarikh

Sirah Nabawiyah, Sejarah peradaban Islam, Sejarah Indonesia

Fiqih dan

Ushul Fiqh

 

Kemuhammadiyahan

 

 

TENAGA PENGAJAR

Realisasikan ide besar Trensains membutuhkan tenaga pengajar yang handal, selain handal di setiap bidangnya juga harus memahami dialektika dan interaksinya dengan agama. Universitas kita baik di luar maupun di dalam negeri tidak ada yang melahirkan lulusan dengan kemampuan dialektis ini.

Trainig of Trainers (ToT) merupakan keniscayaan dan telah dilakukan dalam kurun waktu tujuh bulan bagi guru semua bidang. ToT juga dilakukan untuk menyatukan kesepahaman visi, kesatuan hati dan loyalitas para asatidz Trensains. Sejak Januari 2012 –pada masa awal persiapan- Trensains secara bertahap telah merekrut tenaga pengajar yang ahli di bidangnya masing-masing, termasuk para alumnus luar negeri.

Daftar Pengajar Trensains [klik]

 

PROFIL LULUSAN

Secara umum, para alumni Trensains diproyeksikan menjadi ulama-ulama yang memiliki spesialisasi dibidang sains kealaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis al-Quran, kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak.

Lebih spesifik, secara sadar dan terarah, SMA Trensains mencanangkan para santrinya untuk memenuhi kwalifikasi lulusan sebagai berikut:

  1. Lancar berbicara dan membaca Arabic
  2. Lancar berbicara English
  3. Piawai sains: Matematika, Fisika,  Biologi, dan Kimia
  4. Memahami konsep interaksi antara agama dan sains
  5. Hafal dan memahami ayat-ayat kauniyah, terutama yang terkait denganisu-isu pokok sains
  6. Lulusan Trensains didorong dan diupayakan tembus PT ternama dalam negeri, seperti, ITB, ITS, IPB, UGM, UI, dan sebagainya.

 

ARTI  DAN  MAKNA  LOGO  TRENSAINS

 

Bangun Heksagonal

Logo TRENSAINS dibingkai oleh bangun heksagonal (sarang lebah) yang melambangkan kondisi pendidikan yang diidamkan oleh TRENSAINS yaitu pendidikan yang efisien namun memberikan manfaat maksimal bagi kehidupan. Hal ini sebagaimana filosofi heksagonal yang merupakan bentuk paling efisien menampung volume dalam jumlah banyak. Secara cermat lebah telah menggunakan bentuk heksagonal sebagai sarang sekaligus wadah untuk menampung madunya. Semua aspek yang dimiliki lebah telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia.

 

Matahari Bersinar (Muhammadiyah)

Lambang dan nama institusi  dibungkus oleh sinar matahari memberi simbol bahwa salahsatu misi utama TRENSAINS adalah dakwah yang mencerahkan dan mencerdaskan. TRENSAINS memandang, untuk membangun kembali peradaban Islam harus dilakukan pembangunan ulang pola pikir (mind rekontruction), dan salahsatu usaha pentingnya adalah membangun kembali sistem pendidikan Rabbani yang berporos pada wahyu Ilahi.

 

Warna Dasar Biru

Warna dasar biru terang melambangkan: kecerdasan (fathônah), stabilitas (istiqômah), kredibilats (murû’ah), tim work (amal jama’i) dan independensi pemikiran (tsiqotu bi al-mabda’). TRENSAINS dengan kecirikhasannya berupaya menjadi lembaga pendidikan yang berpegang teguh kepada nilai-nilai al-Quran, seimbang dan tetap fleksibel.

Konstanta Planck   

Di awal abad 20 terjadi kebuntuan dalam memahami perilaku alam, tepatnya perilaku radiasi benda hitam. Mekanika Newton dan persamaan medan elektromagnetik Maxwell sebagai kerangka utama berfikir tentang materi dan gelombang gagal menjelaskan distribusi energy radiasi benda hitam tersebut. Padahal dengan dua teori utama tersebut, para ilmuwan sebagaimana diwakili oleh James Clerk Maxwell dalam orasi ilmiahnya di Universitas Harvard tahun 1877 meyakini bahwa teori puncak (the ultimate theory) yang mampu menjelaskan semua fenomena di alam telah diperoleh.  Sayangnya, fenomena radiasi benda hitam meruntuhkan keyakinan ini.

 

Mekanika klasik Newtonian memperlakukan materi sebagai materi. Artinya, materi sebagai obyek yang terkurung di dalam ruang hanya mempunyai sifat-sifat khas materi seperti tumbukan antar materi dengan transfer momentum-energinya. Sebaliknya, teori Maxwell memperlakukan gelombang sebagai obyek yang menyebar di dalam ruang hanya mempunyai sifat gelombang seperti difraksi dan interferensi. Tidak pernah sifat sebaliknya, materi mengalami difraksi dan gelombang mengalami tumbukan. Ketika pendekatan klasik ini diterapkan dalam radiasi benda hitam yang diperoleh adalah prediksi bencana ultra-ungu (ultraviolet catasthrope), yang justru tidak terjadi di alam.

Diskusi demi diskusi dari para ahli fisika tidak mampu menghasilkan perumusan yang mampu menjelaskan kurva radiasi energi benda hitam. Sampai akhirnya, fisikawan Jerman Max Planck membuat asumsi yang keluar dari kebiasaan saat itu. Energy radiasi tidak dapat mempunyai energy sembarang tetapi mempunyai energy tertentu yakni kelipatan bulat dari energy dan atau frekwensi dasar. Energi radiasi tidak mempunyai nilai kontinyu tetapi diskrit, energi terpaket atau terkuantisasi. Inilah teori kuantum.

Di dalam hipotesisnya, Planck memperkenalkan konstanta alam yang disimbolkan oleh huruf h dan menghubungkan besaran energy (E) dan frekwensi (f), E=hf. Dalam pemakaian lebih lanjut sering digunakan tanda h coret yang berarti tetapan alam h dibagi 2p. Teori kuantum dengan tetapan alam Planck ini berhasil mengakhiri kebuntuan pemikiran para ilmuwan saat itu, sekaligus menandai revolusi dan era baru dalam memandang alam semesta.

TRENSAINS mengambil tetapan alam mini sebagai symbol dengan harapan TRENSAINS menandai revolusi pesantren dan babak baru pendidikan yang integral holistik sebagaimana Islam itu sendiri. Pesantren tidak lagi hanya mengajarkan ilmu agama dan menyerahkan pengajaran sains pada sekolah umum. Sains harus disatukan dengan agama dalam arti yang sesungguhnya, tidak karikatif dan permukaan.

Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam juga dikembalikan sebagai pemandu yang sekaligus sumber inspirasi bagi konstruksi dan pengembangan sains. Upaya ini dilakukan secara sadar, terencana dan terarah di dalam TRENSAINS. Upaya ini tidak lain merupakan upaya untuk mengembalikan bangunan peradaban Islam, peradaban yang bertumpu pada iman dan ilmu.

 

Sumber asal; smatrensains.com


Tags: SMATrensains , PDMSragen

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website