Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: MAJALAH KUNTUM, 40 TAHUN MENGINSPIRASI KAUM MUDA

.: Home > Artikel > Majelis
07 Desember 2017 21:37 WIB
Dibaca: 2404
Penulis : Rasyid Sidiq

Pelatihan Literasi Kepenulisan PD IPM Magelang 2017. foto: dok.KUNTUM

 

 

Menulislah, apa pun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis, dan tulis, suatu saat pasti berguna.” (Rumah Kaca- Pramoedya Ananta Toer)

 

            Awal tahun 1976, Agatha Christie, novelis kondang berdarah dingin kelahiran Torquay  menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu pula, beliau berhenti menulis dan meninggalkan sejarah lewat karyanya. Beliau bersinar di masa keemasan fiksi detektif. Lebih dari 80 karya tulisnya pun laris manis terjual di pasaran dunia. Pasca kabar duka tersebut,  Steve Jobs dan Steve Wozniak tengah sibuk merakit piranti mutakhir berlabel Apple Inc. di meja kerjanya, yang hingga kini menjadi maha karya yang digandrungi semua umat. Sedangkan ulama, politisi, sekaligus penulis kebangaan Indonesia,  Mohammad Natsir, tengah berada di London, menghadiri “Pesta Dunia Islam” atau dikenal dengan World of Islam Festival. Sebuah acara perayaan yang penuh tanda tanya, karena Islam khususunya di Asia Tenggara  kala itu sedang tidak dalam keadaan patut untuk dipestakan.

 

            Sedangkan di Kota Pelajar Yogyakarta, pada pertengahan 1976 silam, sekumpulan bocah ingusan bertitel pelajar malah asyik  berkumpul menggosipkan Timor Timur yang baru saja diangkat menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Tak sekedar bergosip  ria, diam-diam mereka pun menyusun strategi dengan merajut gagasan literasi berbasis komunitas pelajar. KUNTUM, ibarat kuncup bunga yang hampir mekar, hendak dijadikan simbol kebebasan anak muda tersebut  dalam mengekspresikan karyanya lewat sebuah tulisan. Boleh jadi, mereka tengah mengamalkan ajaran  “Menulis adalah sebuah keberanian…” yang dianut oleh kakek Pram dengan menjadikan KUNTUM sebagai ruang tukar pikiran melalui  tulisan.

 

            Tak cukup sampai disitu, merasa miris akan miskinnya sumber bacaan (baca: khususnya majalah remaja) kala itu, yang  lebih mengagungkan “lifestyle” sebagai topik utamanya. Sebaliknya, “Inspirasi Kaum Muda” pun didapuk menjadi jargon abadi KUNTUM dalam menyebarkan paham-paham bernilai “edukatif” dan “inspiratif” ke remaja lewat tren majalah. Sederhana, harapannya karya mereka tersalurkan dengan baik dan para remaja pun dapat mengkonsumsi bacaan bergizi cukup alias mendidik.

 

            Semakin besarnya minat para pembaca yang akrab disapa Sobat Kuntum, membuat KUNTUM yang awalnya hanya terdistribusi di kota pelajar, diambil alih pengelolaannya oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) yang merupakan organisasi pelajar terbesar di Indonesia dengan lebih dari tujuh juta pelajar sebagai anggotanya. Sehingga, pada tahun 1988 menjadi era KUNTUM secara resmi mendapatkan izin terbit dan terdistribusi secara nasional.

 

            Perlu diketahui, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah salah satu organisasi kepemudaan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh sekolah muhammadiyah di Indonesia dengan basis massa pelajar. IPM pernah dinobatkan sebagai  peraih penghargaan Organisasi Kepemudaan terbaik se-Indonesia tahun 2006, 2011, 2013 dan 2015 oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, serta meraih ASEAN TAYO (Ten Accomplished Youth Organization in ASEAN) Award pada tahun 2013, dan masih banyak lagi.

 

 

  

Kiri: KUNTUM edisi III (1976), kanan: KUNTUM edisi Mei 2017.

 

 

            KUNTUM hingga saat ini menjadi majalah pelajar muslim bulanan terbesar di tanah air dengan oplah kurang lebih 5.000 eksemplar yang disebarkan ke seluruh sekolah Muhammadiyah di seluruh wilayah Indonesia. KUNTUM menjadi majalah wajib anggota IPM di seluruh SMP dan SMA Muhamamdiyah di Indonesia yang terus melakukan transformasi fisik dan kelembagaan. Selain di sekolah Muhammadiyah, sekolah negeri juga menjadi penikmat majalah KUNTUM melalui jaringan ROHIS yang juga menjadi pembaca setia KUNTUM.

 

            KUNTUM selalu berusaha menghadirkan rubrik-rubrik yang sesuai dengan keinginan maupun kebutuhan para pelajar. Seperti rubrik Resensi, Review, What’s Up, Youth Profile, E-Lifestyle, Campus, Tokoh, Unique, Klinik Remaja,  Kuliner, Speak Up, dan rubrik-rubrik menarik lainnya, yang menjadi kebutuhan para remaja. KUNTUM pun membuka ruang selebar-lebarnya bagi Sobat Kuntum untuk ikut andil mengirimkan karya terbaiknya. Seperti halnya, rubrik kiriman fiksi berupa Cerpen dan Puisi, lalu non-fiksi berupa Idea dan Sana-Sini, hingga fotografi lewat rubrik On The Spot.

 

            Topik utama yang diangkat di Majalah KUNTUM pun selalu melihat isu-isu terkini yang tengah berkembang dikalangan pelajar secara lokal hingga nasional. Misalnya, pada edisi 388 yang terbit pada Mei 2017 lalu, KUNTUM pun turut serta menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional dengan topik utama berjudul “Sekolah Idaman”. Bahkan, pada edisi 393 yang terbit pada Oktober 2017 lalu, KUNTUM mengangkat isu tentang “Kids Zaman Now” sebagai respon aktif KUNTUM terhadap kondisi remaja masa sekarang. Dan masih banyak lagi, isu-isu penting dikalangan pelajar yang pernah KUNTUM muat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab media remaja khususnya kalangan pelajar.

 

            Setiap bulannya, KUNTUM terbit rutin dengan tebal 48 halaman dan dibaca lebih dari 1.000.000 pelajar se-Indonesia lewat 2.984 sekolah yang menjadi pelanggan setia KUNTUM selama bertahun-tahun. Sebagian besar, didistribusikan kepada para pelanggan setia yang berlangganan secara kolektif dari tingkat  SMP hingga  SMA di Indonesia. Sebagian lainnya, didistribusikan secara gratis untuk para pelajar melalui Perpustakaan dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau bahkan OSIS di SMP atau SMA sederajat serta beberapa Perguruan Tinggi swasta dan negeri di Indonesia.

 

            KUNTUM pun kembali menghidupkan semangat  komunitas literasi lewat Komunitas Sobat Kuntum  di tahun 2017. Hal tersebut, didasari akan keprihatinan KUNTUM terhadap remaja yang mulai meninggalkan etos literasi dengan lebih memilih gadget sebagai sarana pelampiasan kesenangan duniawi semata. Tak masalah, asalkan budaya literasi berupa baca, tulis, pun tetap diamalkan ditengah budaya narsis di media sosial dan internet. Justru, harapannya malah remaja masa kini harus mampu memanfaatkan media sosial dan internet untuk lebih melek literasi.

 

            Hingga kini, ditengah arus digital yang semakin ketat, selama 40 tahun lamanya KUNTUM masih eksis terbit menebar semangat literasi berkat dukungan Sobat Kuntum. KUNTUM  sadar, bahwa cepat atau lambat tren cetak memang tidak bisa terlalu diharapkan sepenuhnya. KUNTUM pun turut serta eksis menyemarakkan gaung tren digital melalui www.majalahkuntum.comdan media sosial KUNTUM melalui fanspage Facebook (Kuntum Magazine), Twitter @MajalahKuntum, dan Instagram @KuntumMagazine. Kemudian,  banyak terlibat pula menebar inspirasi literasi dalam kegiatan jurnalistik di sekolah-sekolah ataupun komunitas.Yogyakarta, Magelang, Gunung Kidul, Sragen, Purworejo, Surabaya, dan beberapa kota lainnya adalah daerah-daerah yang pernah KUNTUM singgahi. Sesuai semboyan brand KUNTUM, “Inspirasi Kaum Muda”. Panjang umur kreativitas!

 

 

Rasyid Sidiq

Crew Majalah Kuntum

 

 

 


Tags: 40TahunMajalahKuntum , IkatanPelajarMuhammadiyah , KopdarnasPenggiatLiterasi , RasyidSidiq

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website