Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: LITERASI BERKEMAJUAN BERORIENTASI PENGABDIAN MASYARAKAT

.: Home > Artikel > Majelis
07 Desember 2017 01:45 WIB
Dibaca: 1305
Penulis : Suhanto

 

 

Gerakan literasi kita terinspirasi dari Al-Qur’an surat Al-Alaq, Iqra’ yang artinya Bacalah. Ayat pertama yang turun kepada Muhammad adalah perintah membaca. Wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadi hal terpenting dalam sejarah kerosulan Nabi Muhammad saw., karena wahyu inilah Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi setelah menirukan Jibril mengucap ayat tersebut. Dari sini kami mengambil hikmah bahwa Muhammad yang semula manusia biasa setelah menerima wahyu yang berupa perintah membaca beliau naik derajat menjadi rasul kekasih Allah. Maka kita untuk menaikkan derajat dan kualitas diri maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca.

 

Gerakan literasi atau komunitas yang bergerak dalam bidang literasi diharapkan menjadi wadah untuk meningkatkan semangat untuk membaca dan menulis. Satu paket kegiatan dalam kegiatan literasi. Lemahnya tingkat membaca dan menulis masyarakat Indonesia inilah satu faktor bangsa ini sulit untuk maju. Kemajuan suatu bangsa dilihat sejauh mana bidang keilmuan dikembangkan. Maka komunitas-komunitas literasi perlu ditumbuhkan dengan maksud membangun budaya keilmuan dikalangan remaja dan mahasiswa.

 

 Sejarah telah membuktikan, peradaban Islam pada abad pertengahan yang begitu maju tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat.  Penghargaan kepada penulis kitab sangat tinggi, ini bisa dilihat dari penghargaan berupa emas sesuai dengan berat kitab yang ditulis. Perpustakan-perpustakaan dibangun mewah, komplit dengan berbagai kitab pada zamannya dengan berbagai fasilitas untuk memuliakan para pencari ilmu. Disisi lain bangsa Barat masih mengalami masa kegelapan, kemudian mengadopsi berbagai disiplin keilmuan dari peradaban Islam yang akhirnya mampu mengubah wajah peradaban Barat. Semua berawal dari satu titik yaitu ilmu pengetahuan yang berupa membaca, menulis, dan analisis.

 

Candu keilmuan sekarang berada pada titik nadi yang mengenaskan, lemahnya semangat remaja baik dari level usia SMP, SMA, bahkan mahasiswa dalam dunia literasi sudah sampai level memprihatinkan. Maka kreativitas dalam kegiatan literasi sangat perlu dikembangkan untuk menarik minat remaja. Generasi jaman now perlu kegiatan yang tidak hanya sekedar melihat huruf-huruf yang berbaris rapi kemudian mengolah kembali menjadi tulisan yang renyah untuk dinikmati dan dibaca. Kegiatan literasi harus didesain sedemikian rupa agar jiwa kids jaman now tidak berubah menjadi generasi celana karung goni.

 

Komunitas Srawungan Literasi yang sedang tukul (tumbuh) belum seusia jagung ini mencoba menggerakkan literasi di tlatah Ponorogo. Literasi berkemajuan yang diusung oleh Komunitas Pena Pesantren adalah membaca, menulis, bedah buku, bedah film, dan membaca realitas masyarakat.

 

Membaca dan menulis adalah hal yang paling membosankan bagi remaja awam literasi. Kreatifitas dalam membaca dan menulis disesuaikan dengan selera dan kebiasaan usia remaja. Bedah buku, bedah film, ataupun kajian budaya dan tempat-tempat bersejarah atau tempat yang ngehits bisa menjadi daya tawar kepada para remaja. Tidak masalah misalkan kita membedah film korea, atau membedah film yang lagi tren model reborn-reborn, dan sebagainya untuk dianalis dibawa ke alam nyata. Film-film yang beredar saat inipun banyak yang penuh dengan propaganda yang menggiring opini pada maksud dan paham tertentu, sehingga bedah film diperlukan sebagai benteng terhadap propaganda tertentu agar lebih berhati-hati.

 

Komunitas literasi harus banyak berdiri seperti jamur saat musim hujan dan memiliki progres membawa kemajuan pada generasi milenial. Mengapa mahasiswa dan siswa yang dibidik dan kenapa orientasinya pengabdian? Pertama, mahasiswa dan siswa adalah generasi penerus atau pemimpin bangsa ini. Keberhasilan pemimpin sekarang adalah bagaimana menyiapkan kader di masa mendatang, maka mahasiswa dan siswa ini harus dibekali dan disiapkan sejak dini.

 

Kedua,jaman milineal menyebabkan kepekaan bermasyarakat minim sekali, bahkan sesama tetangga sendiri tidak kenal. Teknologi menyebabkan semua hal bisa dikontrol dengan dari dalam rumah, mulai pesan ojek/taksi, pesan makan, minum, transfer uang,dan lain-lain, hubungan dengan sesama manusia saling bertatap muka dan saling lempar senyum sudah menjadi hal langka. Ditambah semua komunikasi dengan siapapun, dimanapun, kapanpun, cukup hp baik lewat wa, sms, fb, telpon dan lain-lain, kecuali beberapa orang yang berada di pedalaman yang memang tidak ada sinyal atau sejenisnya.

 

Ketiga, mahasiswa sekarang minim sekali penelitiannya yang berkaitannya dengan problematika masyarakat langsung. Penelitian lebih cenderung pada kajian pustaka, penelitian lembaga, penelitian produk, atau sejenisnya. Masyarakat yang menjadi tempat kembali para mahasiswa kelak seharusnya diteliti untuk merumuskan terobosan dalam pembangunan jiwa dan raga masyarakat. Sedikitnya penelitian yang berorientasi pada masyarakat menandakan kepekaan terhadap masalah sosial sudah berada pada posisi mengkhawatirkan. 

 

Literasi berorientasi pengabdian, dikarenakan masyarakat adalah tempat kembali para mahasiswa dan pemuda kelak. Mahasiswa yang dianggap serba bisa oleh masyarakat harus bisa merumuskan permasalahan, terobosan-terobosan, yang mampu memberikan berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Kepekaan terhadap permasalahan masyarakat tidak bisa secara ujug-ujug muncul dalam benak mahasiswa dan siswa saat ini, perlu dikenalkan dan disentuh hatinya.

 

Literasi berkemajuan berorientasi pengabdian masyarakat, diawali dari pengurus atau pengelola dari komunitas literasi itu sendiri. Komunitas literasi ini harus mengabdikan diri kepada masyarakat khususnya mahasiswa atau pelajar yang memang menjadi bidikan awal dari komunitas. Mahasiswa dan siswa di dekatkan dengan kegiatan literasi sesuai dengan kesenangannya, karena mereka produk tahun 90-an akhir dan tahun 2.000-an.  

 

Endingdari kegiatan literasi adalah pengabdian kepada masyarakat. Maka kepekaan terhadap masalah-masalah yang berkubang di tengah masyarakat perlu dibaca dan didiskusikan dengan komunitas literasi untuk dianalisa dan dicarikan solusinya. Kepekaan pelajar atau mahasiswa sekarang terhadap problematika umat sudah berada diambang batas kewajaran, cuek bebek. Hidup gue-hidup gue, hidup elo urusan elo. Ini prinsip generasi anak dunia maya, sangat peduli berita dan gosip tetapi masalah tetangga sebelah yang kelaparan tidak pernah diketahui.

 

Literasi yang akan datang harus berorientasi kepada pengabdian masyarakat, membaca dan menulis hanya sebagai sarana mengasah kepekaan dan sumber referensi untuk diterapkan di masyarakat.

 

Suhanto

Pegiat Literasi Komunitas Pena Pesantren Ponorogo


Tags: LiterasiBerkemajuanBerorientasiPengabdianMasyarakat , KopdarnasPenggiatLiterasi , Suhanto

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website