Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: BACA CERITA UNTUK STIMULASI ANAK BERBAHASA DAN MEMBACA

.: Home > Artikel > Majelis
05 Desember 2017 03:39 WIB
Dibaca: 1173
Penulis : Uswatun Hasanah

Membacakan cerita atau dongeng merupakan cara yang efektif mendekatkan anak-anak dengan buku

foto: RumahBacaGangMasjid

 

Sering kali kita mendengar ungkapan bahwa buku adalah jendela dunia mereka, dengan membaca merupakan jalan pintas untuk membuka cakrawala berpikir kita terhadap hal-hal atau ide baru. Begitu banyak manfaat membaca baik dalam hal peningkatan kemampuan kognitif, meningkatkan kemampuan emosional, dan juga membaca buku dapat meningkatkan kemampuan sosial. Membaca tidak hanya menjadi pelengkap dalam hidup namun menjadi sebuah kebutuhan dalam semua ranah kehidupan manusia. Tidak hanya itu, membaca juga dapat meningkatkan kemampuan imajinasi, melatih konsentrasi, dan mampu membangun kemampuan kecakapan menulis.

 

Begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kebiasaan membaca, namun dengan segudang manfaat tersebut tidak membuat sebagian masyarakat tergiur dan mencoba kebiasaan tersebut. Dilansir dari berbagai sumber ternyata Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 Negara yang memiliki minat baca terendah (tribunnews.com, 2017). Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, mengingat kehidupan pada abad ini yang semakin dinamis, masyarakat abad ini tidak hanya dituntut untuk mmeiliki kemampuan melek huruf (literacy) tanpa memilki tradisi membaca yang kuat.

 

Tradisi atau kebiasaan membaca pada setiap individu bukanlah sebuah proses instan dan tidak bisa dibentuk secara tiba-tiba da kondisi tersebut harus mulai ditumbuhkan sejak dini. Sudah Menjadi tanggung jawab bersama khususnya bagi para orangtua untuk mengenali bahan bacaan yang menarik kepada anak sedini mungkin.

 

 

Peran Orangtua dan Pengasuh dalam Menstimulasi Minat Baca Anak Sejak Dini

 

Ketika anak berada pada usia dini atau dibawah lima tahun, orangtua atau guru disadari atau tidak disadari melalui pengamatan kita anak-anak memiliki pemikiran yang sangat luar biasa. Baik itu imajinasi yang dibangun oleh anak-anak sendiri, rasa ingin tahu yang besar mengenai hal-hal yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan dari lingkungannya, munculnya ide-ide dari pikiran mereka yang tak jarang orangtua terheran-heran dengan pola pikir mereka.

 

Teori tabula rasa John Locke da Francis Bacon mengungkapkan bahwa anak ibarat kertas putih bersih yang belum terisi tulisan dan warna apapun maka orangtua dan lingkungan yang akan memberi warna dan tulisan pada anak. Anak dapat dibentuk sesuai dengan pendidikan yang mereka peroleh dari lingkungannya. Disisi lain bagi anak, orangtua adalah role model dalam kehidupannya, anak merupakan peniru ulung, mereka akan mengamati dan menginternalisasi dalam diri menjadi sebuah perilaku apa yang selama ini mereka lihat dan apa yang mereka dapatkan dari lingkungannya terlepas itu adalah hal yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat pada anak. Alangkah baiknya setiap orangtua memberikan dan mencontohkan hal-hal yang baik dan bermanfaat pada anak karena orangtua adalah sekolah pertama anak sebelum anak memasuki pendidikan formal. Sebelum orangtua mencoba untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak, maka orangtua sepatutnya memperlihatkan kebmerekasaan membaca tersebut tumbuh dalam lingkungan tempat anak tinggal.

 

Orangtua harus memahami anak memiliki masa dimana semua aspek dalam proses tumbuh kembangnya (kognitif, emosi, psikis, fisikal, dan sosial) mengalami perkembangan yang pesat yang kerap kita kenal sebagai masa golden age atau masa ke-emasan anak. Orangtua harus pandai memanfaatkan kondisi ini dengan mengoptimalkan semua kemampuan yang dimiliki orangtua, dalam kondisi ini juga tradisi membaca anak dapat dibentuk. Simister (2009) mengungkapkan bahwa secara biologis ditahun-tahun awal masa tumbuh kembang anak, kekenyalan otak atau dengan kata lain kapasitas untuk menumbuhkan keterampilan, nilai, dan perilaku nantinya akan menjadi kebiasaan hingga berada pada kondisi puncak. Bahkan perubahan-perubahan kecil pada orangtua dalam berbicara dan bermain dengan anak dapat memiliki dampak yang nyata.

 

 

Membacakan Cerita pada Anak

 

Berbagai pro-kontra mengenai usia yang tepat bagi orangtua ataupun pendidik untuk memulai mengajarkan anak mengenai keterampilan membaca. Namun yang perlu dipahami orangtua dan pendidik bahwa pendidikan atau pengenalan yang vital adalah pada anak memasuki masa ke-emasan seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Pada usia tersebut merupakan usia yang tepat pada penanaman dasar nilai-nilai kehidupan dan sebagai fondasi dalam pembentukan kepribadian anak. Temasuk didalamnya dalam menumbuhkan kecakapan dan keterampilan hidupnya seperti keterampilan menulis dan membaca.

 

Perlu diingat bahwa memberikan pembelajaran membaca kepada anak usia dini dalam hal ini tidak mengharuskan anak untuk bisa membaca pada usia tersebut akan tetapi mengacu pada tujuan agar anak memiliki minat dan menumbuhkan tradisi membaca sejak dini. Anak juga dapat terbiasa dengan melihat rangkaian kata-kata, gambar-gambar yang menarik pada buku,  terbiasa mendengar, dan terpenting menumbuhkan daya imajinasi yang kuat pada anak . Pemberian stimulasi kepada anak dimulai dengan kebiasaan membacakan cerita pada anak berupa dogeng, cerita nabi-nabi, dan cerita yang memiliki nilai tersirat terhadap perkembangan anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua dan pendidik dalam  menstimulasi dan meningkatkan minat baca pada anak:

 

1. Memberi aturan yang jelas kepada anak terhadap batasan waktu dalam menonton televisi dan bermain gadget.

Zaman serba instan dengan berbagai penawaran kemudahan, kerap orangtua memilih jalan tersebut untuk memberikan hiburan pada anak bahkan terdapat beberapa orangtua yang menggunakan televisi dan gadget sebagai media untuk menenangkan anak yang rewel. Menjadikan televisi dan gadged sebagai media pembelajaran pada anak sah-sah saja asal dengan waktu yang tidak lebih dari 24 jam dalam seminggu karena dapat memberikan beragam pengaruh negatif terhadap perkembangan anak, orangtua harus tegas dalam menjalankan ini.

 

2. Menjadikan kebiasaan membacakan cerita atau mendongeng sebagai tradisi wajib dalam keluarga.

Contohnya orangtua dapat memulai kebiasaan tersebut ketika anak hendak istirahat di malam hari. Tidak perlu waktu yang banyak cukup 10-15 menit orangtua menyempatkan waktu untuk menanyakan hal-hal apa saja yang diperoleh anak hari ini, orangtua dapat membacakan cerita melalui buku dengan menggunakan buku yang menarik dan penuh dengan warna. Setiap minggu orangtua dapat memulai untuk menceritakan hal-hal menarik yang ditemukan atau membuat cerita dan berikutnya anak diminta untuk menggunakan daya imajinasinya untuk melanjutkan cerita tersebut. Jika kondisi ini konsisten dilakukan selain mampu menumbuhkan tradisi membaca pada anak juga dapat menciptakan kehangatan dan kelekatan secara emosional pada anak dan orangtua.

 

3. Pilih buku cerita menarik, penuh gambar, warna cerah, dan pemilihan cerita yang dapat membangun karakter dan imajinasi anak.

Salah satu metode yang banyak digunakan oleh para pakar pendidikan dan psikologi untuk meningkatkan minat baca pada anak adalah dengan cara membuat anak tertarik dengan buku atau bacaan, jika sejak awal anak memiliki ketertarikan terhadap buku atau bacaan maka dengan sendirinya akan menimbulkan rasa ingin tahu atau rasa penasaran anak terhadap buku tersebut. Kemudian orangtua dengan perlahan memperlihatkan dan menjelaskan gambar-gambar yang ada di buku tersebut.

 

4. Sesekali ajak anak untuk mengenal lingkungan luarnya

Salah satu cara untuk meningkatkan dan menguatkan daya imajinasi anak adalah dengan mengajak anak mengenal lingkungannya lebih dekat. Selain dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar pada anak juga dapat meningkatkan daya tahan fisik juga emosi pada anak.

 

Terpenting dari semua ini adalah jangan pernah melakukan pemaksaan pada anak, jangan menggunakan metode yang membosankan dan berulang-ulang, ketika mengajar anak orangtua mencoba melihat kondisi emosi dirinya ketika akan menghadapi anak. Orangtua dihimbau untuk tidak mengajari anak dalam kondisi penuh tekanan. Banyak orangtua keliru dengan memulai mengajari anak dari abjad terlebih dahulu, sebaiknya mengajar anak dengan mengenali gambar dan warna yang menarik. Orangtua juga senantiasa menciptakan suasana yang gembira pada anak, selalu berinovasi dalam mengajari anak, tidak pernah mengabaikan setiap pertanyaan dan cerita dari anak, dan berilah buku-buku terbaik. Sebagai penutup penulis pernah membaca sebuah kutipan menarik dari Jacqueline Kennedy bahwa membacakan buku untuk anak-anak merupakan suatu aktifitas terpenting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang mereka perlukan untuk belajar membaca.

 

 

Referensi:

Nurhadi, Muljani, dkk. 2007. Potret Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Simister. C. J. 2009.  Anak-anak Cemerlang. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta

Tajuddin, Yuliyatun. 2014. Belajar Membaca Bagi Anak Usia Dini: Stimulasi Menumbuhkan Minat Baca Anak. Vol. 2, No. 1. Jurnal STAIN Kudus.

 

 

Uswatun Hasanah, S.Psi. Pegiat  Literasi Rumah Baca Komunitas, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Email: uhasanah1709@gmail.com

 

Catatan Redaksi:

Judul asli dari penulis: Menstimulasi Kemampuan Bahasa dan Membaca Anak dengan Membacakan Cerita kepada Anak

 

 

 


Tags: BacaCeritaUntukStimulasiAnakBerbahasadanMembaca , KopdarnasPenggiatLiterasi , UswatunHasanah

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website