Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyongsong Kopdarnas Literasi: KUTU BUKU JEMBER PEGIAT BUKU MILLENIAL

.: Home > Artikel > Majelis
04 Desember 2017 18:23 WIB
Dibaca: 1344
Penulis : Andi Saputra

 

 

 

Minat baca masyarkat Indonesia menurut saya cukup tinggi, itu terbukti dengan banyaknya masyarakat menunduk di warung-warung kopi, pusat-pusat perbelanjaan, dan tempat hiburan yang telaten dengan media sosial, hanya saja kurang pas aktualisasinya, maka perlu gerakan menunduk kita maksimalkan fungsinya”

 

            Hal mendasar dari aktivitas membaca adalah kemampuan membaca itu sendiri, yang masih menjadi persoalan di negara kita. Angka persoalan buta aksara masih sangat tinggi di beberapa daerah, salah satunya Jember, dengan warga buta aksara usia produktif (15-59 tahun) tersebar di 31 kecamatan, pada tahun 2015 mencapai 78.752 orang.

 

            Minat baca di Kabupaten Jember berada dibawah rata-rata Provinsi Jawa Timur yang mencapai 90 persen, Jember masih di angka 80-an (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jember). Predikat Jember sebagai Kabupaten Pendidikan ke-3 (ketiga) di Jawa Timur, setelah Surabaya  dan Malang, ternyata tidak berbanding lurus dengan fakta di lapangan, dimana aktivitas membaca dan berkunjung ke Perpustakaan tidak menjadi kegiatan favorit warga, bahkan mahasiswa. Sebagai mahasiswa yang berasal dari luar Kabupaten Jember, penulis menganggap masyarakat Jember masih berpandangan bahwa membaca adalah sesuatu yang serius dan membosankan.

 

Kenyataannya, masyarakat jauh lebih gemar mengunjungi warung-warung kopi, tempat hiburan, dan pusat-pusat perbelanjaan. Tingkat serta minat membaca yang sangat rendah tersebut bukan tanpa alasan, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut, diantaranya adalah beberapa faktor berikut.

 

Faktor Kesadaran

Achmanto Mendatu (2010) mengemukakan, kesadaran adalah keadaan dimana seorang bisa memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya. Seseorang dikatakan sadar apabila kritis terhadap kebutuhan dirinya sendiri, dan persoalannya adalah hari ini membaca belum menjadi kebutuhan yang subtansial bagi masyarakat.

 

Faktor Ekonomi

Buku dan sumber bacaan lain terbilang cukup mahal harganya, sehingga buku tidak masuk dalam daftar kebutuhan dari kebanyakan masyarakat yang masih hidup dalam garis kemiskinan yang  cukup tinggi, hal ini sangat berkontribusi dalam menyumbang angka tidak minat baca.

 

Faktor Sarana

Bentuk kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya membaca serta minimnya sumber bacaan, sebetulnya masih bisa diatasi apabila ada sarana untuk membaca bagi masyarakat. Fungsi sarana sebagai alat untuk mencapai tujuan pun hari ini belum menjadi prioritas pemerintah dalam meningkatkan minat baca guna memperbaiki pendidikan. Bentuk sarana yang disediakan oleh pemerintah masih sangat konvensional, yaitu masih dalam bentuk perpustakaan yang dalam perspektif masyarakat sangat membosankan.

 

            Mencoba mengatasi permasalahan di atas, jauh sebelum adanya komunitas Kutu Buku Jember, telah ada Kampung Baca di Kreongan Kecamatan Patrang, yang didirikan oleh Bapak Imam Suligi sejak tahun 2009. Pada tahun 2014, Mendikbud memberikan penghargaan sebagai taman baca masyarakat kreatif dan rekreatif tingkat nasional pada Hari Aksara. Kampung Baca Jember mengandalkan kegiatan melalui 3 jalur. Pertama, taman baca dengan penyediaan bacaan. Kedua, jalur fasilitas dengan menyediakan ruang dan, ketiga, jalur media sosial dengan menyelenggarakan lomba- lomba kepenulisan melalui facebook dan siaran rutin di RRI JEMBER.

 

            Kontribusi kampung baca terhadap peningkatan minat baca di Jember terbilang cukup sukses. Namun, Kampung Baca hanya menjadi satu-satunya komunitas gerakan membaca yang ada di Jember. Oleh sebab itu  pada tahun 2015 penulis berinisiatif membuat komunitas baca yang lebih segar dan bergaya anak muda dengan sasaran utama para pelajar dan mahasiswa.

 

            Diawali dengan mengumpulkan beberapa teman, mulailah menggalang pengadaan buku melalui bantuan Panti Asuhan Nurul Husna. Program pertama adalah membuat Perpustakaan Tempel di Panti Asuhan Nurul Husna, pada tanggal 12 Desember 2016. Para pegiat di dalamnya menyepakati komunitas diberi nama KUTU BUKU Jember yang artinya: Kutu (ketelu-telune mlaku, ketiga-tiganya jalan). Yang hendak dijalankan dan menjadi tujuan adalah tiga hal utama dalam diri manusia, yaitu: hati, fikiran dan tindakan. Diharapkan komunitas baca ini mampu menggerakan ketiga hal tersebut. Untuk memantapkan gerakan KUTU BUKU memiliki semboyan “Menebar Ilmu, Membuka Cakrawala”.

 

Setelah berhasil membuat Perpustakaan Tempel di Panti Asuhan Nurul Husna, Kutu Buku membuat gerakan baru dengan memadukan antara membaca dan berdiskusi. Hal ini dimaksudkan agar supaya orang yang belum minat membaca bisa menangkap ilmu melalui mendengarkan dan berinteraksi pada saat berdiskusi.

 

Kutu Buku Jember juga membantu berapa sekolah yang kekurangan buku bacaan. Terakhir, Kutu Buku telah membantu salah satu sekolah di Lampung Timur, dalam penyediaan buku bacaan bagi siswa Sekolah Dasar.

 

 Hari ini Kutu Buku masih bergerak dalam skala kecil tetapi rutin, yaitu menyediakan buku dan mengadakan aktivitas membaca serta diskusi bersama yang dikemas secara santai di tempat-tempat tongkrongan remaja. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kebiasan remaja yang suka kumpul-kumpul nongkrong di kawasan umum. Kegiatan dilakukan dengan pembiasaan membaca buku dan berdiskusi ringan terkait dengan topik-topik pemikiran kiri yang secara halus diarahkan ke pemikiran kanan. Sejauh ini hasil dari metode  yang dilakukan sampai pada taraf mahasiswa sudah mulai menyukai membaca buku dan beberapa sudah ada yang mulai membuat beberapa tulisan.

 

Pada pertengah Oktober 2017, Kutu Buku juga me-launching website (berikata.com “Berita Kajian Terpercaya”). Website ini dimaksudkan sebagai penyedia sumber bacaan online serta wadah aktualisasi para penggerak Kutu Buku dalam menulis. Penggerak Kutu Buku menyadari bahwa upaya yang dilakukan ini masih jauh dari tujuan dibentuknya komunitas Kutu Buku. Tentu sebagai pegiat Kutu Buku menyadari diskusi dalam forum-forum ilmiah akan memberikan upgrade atau memberikan inovasi pada gerakan ini. Semangat dan support nyata dari pihak-pihak terkait akan membantu gerakan komunitas Kutu Buku menjadi lebih maksimal sehingga lebih banyak dirasakan oleh masyarakat. 

 


Tags: KutuBukuJember , KopdarnasPegiatLiterasi , AndiSaputra

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website