Majelis Pustaka dan Informasi - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pustaka dan Informasi
.: Home > Artikel

Homepage

Menyambut Kopdarnas Penggiat Literasi: TAMAN BACA IMPIAN KAMI DI SITU PLADEN

.: Home > Artikel > Majelis
26 November 2017 02:32 WIB
Dibaca: 1615
Penulis : Hendri Ripa’i

Image may contain: 1 person, sitting

foto: FB BukaPustaka

 

“Jika buku adalah jendela ilmu dan ilmu adalah jendela dunia. Maka aku bukan hanya ingin menghadirkan daun jendela itu, tapi juga ingin menjadi kunci untuk membukanya”

 

 

            Sejak kecil saya suka membaca. Saya suka membaca buku-buku anak yang tentunya mencantumkan gambar-gambar menarik. Bagi saya ketika itu, membaca adalah saat di mana saya menghidupkan seluruh alam imajinasi saya menjadi nyata. Membaca membuat saya pandai mendeskripsikan dan menginterpretasi semua tulisan yang saya baca. Namun, minat saya terhadap membaca tidak sama sekali mendapat dukungan baik dari keadaan keluarga saya. Saya tumbuh dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang terbilang pelosok di provinsi Lampung. Ayah dan ibu saya adalah petani yang tidak memiliki uang lebih untuk membeli buku sebab semua pendapatan hasil tani harus dialokasikan untuk kebutuhan seluruh anak-anaknya yang berjumlah sembilan. Buku-buku yang dulu saya miliki adalah buku-buku bekas yang merupakan pemberian dari atasan kakak saya. Majalah-majalah bekas yang masih layak baca. Setiap kali kakak saya pulang dari rantauan, ia selalu membawakan saya buku-buku sebab ia tau saya suka membaca. Setiap kali mendapatkan buku ‘baru’, saya langsung mengajak teman-teman saya ke rumah untuk membacanya bersama. Terkadang, saya yang membacakannya untuk mereka. Saya mendapati diri saya sangat senang melakukan hal itu. Memenuhi rasa ingin tahu kami yang besar bersama-sama.

            Masa kecil saya dengan buku memang sungguh ironi. Sebab minat baca saya dan semua teman-teman saya tidak terdukung oleh adanya fasilitas yang memadai. Tidak ada perpustakaan di sekolah kami. Bagi kami, adalah kebahagiaan jika bisa menjelajah ruang-ruang baru yang tidak pernah kami temui di desa kami. Kebahagiaan sebab bisa berpetualang lewat buku. Kini, setelah saya mengenyam pendidikan tinggi di sebuah PTN di Jakarta, saya menemukan fakta-fakta mengejutkan tentang minat baca. Selain fakta umum bahwa indeks minat baca negara Indonesia hanya 0,01 dari ratusan juta penduduknya, fakta lain yang juga tidak kalah menarik adalah masih banyaknya anak-anak yang berminat baca tinggi namun tidak terfasilitasi dengan baik. Tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar pun masih demikian.

            Rasa perihatin saya mendorong diri saya sendiri untuk melakukan tindakan nyata untuk menggiatkan literasi. Literasi, istilah yang saat ini tengah menjadi virus yang menyebar ke seluruh penduduk negeri khususnya di kalangan intelektual muda. Keinginan saya untuk bertindak nyata mengantarkan saya pada sebuah komunitas bernama Buka Pustaka Indonesia. Sebuah komunitas pegiat literasi yang bertujuan membangun taman baca dan memberikan fasilitas baca untuk anak-anak Indonesia yang membutuhkan bantuan. Saat ini komunitas Buka Pustaka Indonesia memiliki 5 chapter dalam pergerakannya yakni Buka Pustaka Indonesia chapter Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk bergabung di regional Depok yang sangat dekat dengan domisili saya.

            Sebuah amanah dari teman-teman komunitas Buka Pustaka Indonesia regional Depok rupanya dipercayakan kepada saya untuk saya emban. Saya dipilih sebagai ketua atau koordinator wilayah untuk komunitas Buka Pustaka Indonesia Regional Depok. Saat ini saya memiliki tim dan relawan yang berjumlah 20 relawan. Banyak tantangan dalam upaya menggiatkan literasi dalam sebuah komunitas. Dalam esai ini saya akan menjabarkan beberapa hal yang sudah saya dan komunitas Buka Pustaka Indonesia regional Depok lakukan sebagai upaya menggiatkan literasi di wilayah kami.

            Pertama, kami sudah mengurus perizinan pembangunan Taman Baca Masyarakat (TBM) di wilayah Depok. Setelah melakukan survei ke berbagai tempat, kami pun mendapatkan lokasi yang kami rasa tepat sasaran, yakni di sebuah pemukiman padat penduduk di pinggir kota Depok, Jawa Barat. Sebuah pemukiman yang ramai dengan anak-anak yang mayoritas orang tuanya bekerja sebagai buruh bahkan pemulung. Tempat itu bernama Situ Pladen. Kami sudah mengantongi izin dari pejabat daerah setempat untuk membangun taman baca di sana. Bahkan, sudah tersedia tempat yang siap dimodifikasi untuk dijadikan taman baca.

            Kedua, kami sudah menghimpun donasi untuk pembukaan taman baca. Donasi yang telah kami himpun berupa buku-buku baru atau buku bekas layak baca dan donasi uang. Sampai saat ini sudah terhimpun lebih dari 100 eksemplar buku. Kami melakukannya tidak hanya melalui broadcast di sosial media tetapi juga membentuk suatu paket donasi literasi dimana dengan membeli paket tersebut berarti sudah mendonasikan uangnya untuk kegiatan literasi kami.

            Ketiga, kami sudah melakukan komunikasi dengan pihak Wali Kota Depok serta Dinas Kearsipan Kota Depok perihal kegiatan kami. Respons yang diberikanpun sangat positif. Pemerintah kota Depok menyambut baik adanya gerakan literasi kami dan bersedia melakukan dukungan dengan meminjamkan aula untuk kegiatan serta bersedia mendatangkan perpustakaan keliling secara rutin jika Taman Baca Masyarakat kami sudah resmi dibuka.

            Keempat, kami sudah menjalin kerja sama yang baik dengan pemuda Karang Taruna setempat dan sudah melakukan beberapa kegiatan bersama seperti diskusi tentang Taman Baca. Hal kelima, atau hal terakhir yang sudah kami lakukan sampai saat ini adalah melakukan perapihan tempat yang akan kami jadikan taman baca. Kami optimis dapat meresmikannya di bulan Desember mendatang dengan doa dan dukungan dari berbagai pihak.

            Kami optimis taman baca impian kami akan segera dibuka di Situ Pladen. Sehingga, saya dan tim akan benar-benar membawa daun-daun jendela itu sekaligus menjadi kunci pembukanya agar setiap anak di Situ Pladen mampu menyalurkan minat bacanya dan dapat mengembangkan kreativitasnya. Menjadi generasi bangsa yang cerdas dan berkualitas serta menjadi bagian untuk mampu membangkitkan semangat dan giat literasi di Indonesia.

 

“Menggiatkan literasi adalah bagian dari upaya membangkitkan geliat pembangunan insan negeri”

(Hendri Ripa’i, UNJ – Komunitas Buka Pustaka Indonesia, Regional Depok)

 

            


Tags: TamanBacadiSituPladen , KomunitasBukaPustakaIndonesia , KopdarnasPenggiatLiterasi , HendriRipa'i

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website